8 Juni 2025 Upacara Homa Buddha Amitayus di Rainbow Temple
Liputan Lianhua Lihua (蓮花麗樺)
Pada tanggal 8 Juni 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺) di Seattle, Amerika Serikat, menyelenggarakan Upacara Agung Homa Buddha Amitayus (Changshoufo/長壽佛), dengan tulus mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk hadir memimpin, segenap umat di lokasi maupun yang berpartisipasi melalui Zoom dengan khidmat mengikuti jalannya upacara, bersama mengecap sukacita Dharma. Usai tata ritual Homa sempurna, Dharmaraja terlebih dahulu mengumumkan bahwa hari Minggu depan, tanggal 15 Juni 2025 adalah Upacara Homa Padmakumara (Lianhuatongzi/蓮花童子), Dharmaraja tertawa mengatakan bahwa Padmakumara sudah tidak perlu diperkenalkan lagi, sebab sudah sangat banyak yang mengenalnya.
Dharmaraja Lian Sheng membabarkan, Buddha Amitayus adalah perwujudan dari Buddha Amitabha, Buddha Amitabha memiliki kebajikan berupa cahaya tak terhingga dan usia tak terhingga, oleh karena itu disebut sebagai Tathagata Amitayus. Buddha Amitayus dan Bhagavati Usnisavijaya, serta Sita Tara atau Bhagavati Sapta Netra, disebut sebagai Trini Arya Dirgahayu. Dharmaraja menekankan, hanya panjang umur saja tidak cukup, kuncinya ada pada mesti sehat! “Panjang umur tapi tidak sehat, sama saja dengan menderita. Panjang umur dipadukan dengan kesehatan, barulah sempurna.”
Membahas perihal Gerbang Dharma sadhana, dalam Sutra Amitayus disebutkan bahwa menjapa Mantra Hati Buddha Amitayus bisa meningkatkan berkah dan memperpanjang usia, mengikis karmavarana, terhindar dari kematian sebelum waktunya dan bencana mematikan, dapat membantu sadhaka mencapai siddhi tiada kematian, terlahir di alam suci. Menekuni Buddha Amitayus bisa mengikis penyakit, dan menambah berkah dan usia, meningkatkan jodoh baik, mengikis jodoh buruk, membuat segala aktivitas lokiya dapat semakin berusia panjang.
Dharmaraja mendoakan semoga tiap-tiap dari kita semua terhindar dari musibah dan umur pendek, semoga jiwa prajna dan jiwa kehidupan dapat semakin bertambah. Semakin berbhavana, moralitas dan kebajikan semakin agung, laku kebajikan semakin agung, inilah akar yang paling utama dalam kehidupan manusia.
◎ Pengulasan Sutra Surangama Bab 2
Teks Sutra:
“Ananda, semua objek pencerapan, jauh maupun dekat, meskipun berbeda satu sama lain, semua terlihat dalam esensi kesadaran visualmu yang murni, tiap objek dikenali secara berbeda dari satu dengan lainnya. Tidak ada perbedaan dalam pemahaman luhur dari esensi kesadaran visual Anda, kesadaran visual Anda ini adalah sifat penglihatan.”
“Jika kesadaran visual adalah objek, maka engkau bisa melihat apa yang Aku lihat. Jika kita melihat hal yang sama, engkau menyebutnya sebagai melihat-Ku. Saat Aku tidak melihat, mengapa tidak melihat apa yang tidak Aku lihat. Jika melihat apa yang tidak dilihat, dengan sendirinya bukan bentuk yang tidak kita lihat. Jika tidak melihat apa yang tidak Aku lihat, dengan sendirinya bukan objek. Mengapa bukan dirimu? Seperti jika kini engkau melihat objek, maka engkau melihat objek, objek pun melihatmu. Sifat substansi kacau, demikian pula dengan engkau dan Aku, serta semesta ini, semua berada dalam kekacauan.”
“Arya Ananda, saat engkau melihat sesuatu, itu adalah engkau, dan bukan Aku. Sifat kesadaran visualmu tersebar di segala hal, jika itu bukan engkau, maka siapa lagi? Mengapa engkau meragukan bahwa itu adalah Sifat Sejatimu? Mengapa engkau tidak menerimanya dengan jujur, dan malah bertanya kepada-Ku mengenai apa yang sejati?”
Ananda berkata kepada Buddha: “Begawan, jika sifat kesadaran visual ini, pasti tak lain adalah milikku. Maka kini aku dan Tathagata, melihat istana Catur Maharajakayika yang berhias permata terunggul, pandangan kita melihat sekeliling istana matahari dan rembulan, kemudian pandangan diperluas hingga dunia saha. Jika kita mengembalikan pandangan ke arama ini, melihat arama ini, aula batin murni ini, pandangan kita tidak melampaui atap dan tembok.”
“Begawan, demikianlah kesadaran visual. Yang semula substansinya memenuhi satu loka, kini ada dalam ruangan, hanya memenuhi satu ruangan, kesadaran visual ini dari besar menyusut menjadi kecil, atau tembok dan plafon membagi kesadaran kita. Kini aku tidak tahu alternatif mana yang benar. Semoga berwelas asih untuk membabarkannya bagi kami.”
Buddha memberitahu Ananda: “Segala sesuatu di ala mini, yang besar maupun kecil, di luar maupun di dalam, segala hal, semua tergolong dalam kasaya tersebut, sehingga tidak semestinya dikatakan bahwa kesadaran visual meluas atau menyusut.”
Pengulasan Dharmaraja Lian Sheng:
Dharmaraja Lian Sheng menunjukkan, kesadaran visual yang dibahas dalam Sutra Surangama, dijelaskan bahwa kesadaran visual jangan melekati benda berwujud, jika tidak, akan terjerumus ke dalam “Anda melihat saya, saya melihat Anda.”. Jika memandang Batin Sejati Terang nan Luhur sebagai benda yang kasat mata, berarti telah keliru memahami hakikatnya. Dalam Sutra, alam dialog antara Buddha dan Arya Ananda, menunjukkan persoalan sifat mula: “Apakah kita meyakini sifat diri nan terang? Apakah kita harus mengandalkan pihak lain untuk mengonfirmasikan keberadaanya?” Inilah hal utama yang hendak diungkapkan dalam Sutra, merupakan kunci yang perlu kita renungkan.
Supaya bisa membantu semua untuk memahaminya, Dharmaraja Lian Sheng memberikan sebuah contoh, yaitu kisah saat Maha Biksu Xu Yun bermeditasi: Suatu malam, saat Maha Biksu Xu Yun hendak memasuki samadhi, ada seorang biksu yang sedang buang air seni di sebuah petak bunga, meskipun di sekitar tidak ada orang, mata jasmani tidak melihat siapa pun di sana, tetapi Maha Biksu Xu Yun mengetahui ada peristiwa ini. Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, kesadaran yang tak kasat mata ini sungguh ada, ini adalah fungsi dari Batin Sejati Terang nan Luhur. Meskipun ia tidak berwujud, tetapi sungguh nyata, merupakan suatu hal yang melampaui semua, melampaui kesadaran visual mata jasmani.
Saat itu, Arya Ananda bertanya kepada Buddha: “Apakah Batin Sejati Terang nan Luhur adalah milik saya? Atau milik Buddha? Mengapa berkat daya gaib Buddha, saya bisa melihat segala pemandangan indah di Surga Catur Maharaja? Begitu kembali ke arama, hanya bisa melihat tembok dan jendela? Mengapa Batin Sejati Terang nan Luhur ini kadang besar, kadang kecil?”
Dharmaraja Lian Sheng menunjukkan, pertanyaan ini justru mengungkapkan kebingungan Ananada: “Bertanya justru ada masalah”, seperti ini. Sebab beliau saat itu belum memahami bahwa tidak ada sesuatu yang tidak diliputi oleh Batin Sejati, tidak terbatasi oleh ruang, dan Ananda mengira bahwa tembok telah menghalangi pandangannya.
Dharmaraja Lian Sheng menggunakan Sutra Vimalakirti sebagai contoh, menjelaskan bahwa orang yang benar-benar tercerahkan seperti Arya Vimalakirti, tidak hanya sanggup membuat ruangan kecil dapat memuat Dharmasana yang tak terhitung banyaknya, bahkan dapat menampilkan semua alam suci, menunjukkan bahwa Batin Sejati Terang nan Luhur tidak terbatasi oleh besar dan kecil, wujud dan bentuk. Jika bhavana telah sempurna, bahkan sehelai bulu, satu pori, dapat menampilkan satu loka.
Dharmaraja menekankan, apa yang dilihat oleh Ananda saat itu, mengandalkan daya adhisthana Buddha, dan bukan hasil dari realisasi batin sejatinya sendiri. Sehingga, ketika daya Buddha diserap kembali, dengan sendirinya ia kembali ke pandangan yang terbatas. Ini membuktikan keunggulan Buddhadharma, bukan ada pada transformasi daya gaib, melainkan yang mengalir alamiah dari Batin Sejati Terang nan Luhur.
Dharmaraja Lian Sheng juga berbagi kesaksian pengalaman dari Gurudara, saat Gurudara menjalani pembiusan untuk operasi, dengan sangat jelas melihat seroang pria berjalan menghampiri, tangannya membawa sebuah wadah berisi penuh dengan obat-obatan, dan memberikan obat untuk dikonsumsi oleh Gurudara. Kemudian, Gurudara menyatakan bahwa pria tersebut adalah Padmakumara.
Saat itu, Acarya Lian Yin (蓮吟上師) dari Seattle Ling Shen Ching Tze Temple yang menemani, mengonfirmasikan, bahwa setelah Gurudara kembali ke kamar setelah menjalani operasi, dengan sangat jelas beliau menuturkan perjumpaan dengan Padmakumara, dan menekankan bahwa dirinya bukan sedang bermimpi, melainkan melihat dengan sangat jelas.
Dharmaraja Lian Sheng menunjukkan, dalam kondisi yang khusus, atau saat genting, seperti saat dalam kondisi bius, atau kondisi jelang wafat, akan memunculkan pancaran cahaya batin, sehingga kesadaran roh akan keluar melalui ubun-ubun, beryoga dengan dunia roh, dan akan menyaksikan wujud sejati Dharmadhatu yang sangat sukar diketahui dalam kehidupan biasa. Dharmaraja memberi contoh, ada orang yang tiga hari sebelum wafat, muncul dalam mimpi orang lain untuk meminta bantuan melafal Sutra, dan akhirnya ia pun meninggal dunia dalam waktu yang tepat seperti diungkapkan, ini membuktikan fakta bahwa kesadaran roh bisa keluar dari tubuh jasmani untuk meminta pertolongan.
Lebih lanjut lagi Beliau menekankan, pancaran cahaya batin merupakan saat-saat kemunculan Buddhata, yang merupakan sumber dari Sutra Satya Buddha dan berbagai kitab suci lainnya. Seperti ketika Arya Vimalakirti menunjukkan kondisi spiritual “Satu ruangan menampung Seribu Buddha”, membuktikan bahwa tiap insan memiliki Batin Sejati Terang nan Luhur, hanya saja masih tertutupi oleh nafsu keinginan duniawi. Tujuan dari bhavana adalah untuk dalam kekinian memunculkan Buddhata yang semula ada.
Ayushmat Acarya Lian Xiong (長老蓮雄上師) pernah bersaksi atas mukjizat nyata berkat adhisthana Dharmaraja Lian Sheng. Beliau mengungkapkan, beberapa bulan lalu, kakak ipar tiba-tiba terserang strok, dan kondisinya sangat gawat, setibanya di rumah sakit, setelah menerima suntikan zat kontras, ia mengalami sakit yang hebat dan pingsan. Saat baru saja kehilangan kesadaran, dengan jelas ia melihat kemunculan Dharmaraja Lian Sheng, bersamaan dengan masuknya zat kontras warna biru ke pembuluh darah, muncul Yamantaka, dan mengikuti aliran zat kontras ke seluruh tubuh, ia memperoleh adhisthana.
Usai operasi, kakak ipar mengalami mukjizat dan pulih, tidak ada keluhan apa pun yang menyertai, dan dalam waktu singkat sudah boleh pulang. Padahal pasien lain di dalam ICU juga sedang dalam pemantauan, hanya dia yang sudah pulih total, dan semua menyebut ini sebagai peristiwa luar biasa.
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, kondisi seperti ini, bukan kadang saja, sebab para Buddha Bodhisatwa dan segenap Arya yang telah pencerahan, dapat menjelmakan Dharmakaya yang tak terhingga banyaknya, dapat muncul menanggapi doa dari umat, atau saat umat dalam bahaya, memberikan pertolongan, sama seperti Batin Sejati Terang nan Luhur yang dibabarkan dalam Sutra Surangama, Buddhata Maha Hadir, dan ketika sadhaka kontak yoga dalam bhavana, maka dengan sendirinya dapat memunculkan kontak batin.
Dengan rendah hati Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, diri ini tidak tahu aktivitas Dharmakaya, sebab fungsi Dharmakaya memenuhi sepuluh penjuru, dan tidak diketahui oleh jasmani awam. Yang dibahas dalam Sutra Surangama adalah Buddhata, yaitu Batin Sejati Terang nan Luhur, hal ini sangat penting. Ia dapat menjelma, bisa pula tidak menjelmakan diri, tetapi Anda harus berbhavana merealisasikannya. Dharmaraja mengingatkan sadhaka, yang terutama adalah mesti kontak yoga dengan Istadewata, ketika batin dan Buddha manunggal, dapat menampilkan daya penyeberangan tanpa batas.
Sampai di sini, Dharmaraja mengakhiri Dharmadesana, kemudian menganugerahkan Abhiseka Sadhana Buddha Amitayus kepada segenap hadirin, upacara pun telah sempurna dengan khidmat.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BuddhaAmiatyus
Istadewata Homa Minggu depan #Padmakumara