9 Februari 2020 Upacara Agung Homa Sarvanivaranaviskambhin di Rainbow Temple
【Berita TBS Seattle】
Pada sore hari tanggal 9 Februari 2020, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat dengan tulus mengundang Mulacarya Liansheng Dharmaraja Lu Shengyan untuk memimpin Upacara Agung Homa Sarvanivaranaviskambhin Bodhisattva Mahasattva, yang bergelar : Vajra Tanpa Kerisauan. Sadhana ini pertama kali ditransmisikan pada tanggal 14 Mei 2011 di Taiwan Lei Tsang Temple (台灣雷藏寺).
Sarvanivaranaviskambhin merupakan salah satu dari Astamahabodhisattva, jarang ada orang yang mendengar Nama-Nya, meskipun ada di urutan terakhir dalam jajaran Astamahabodhisattva, namun manfaat-Nya sangat besar, dalam Dharmadesana Mahaguru saat itu disebutkan bahwa Dharmabala Bodhisattva ini sangat besar, dapat menaklukkan klesha, dapat menyingkirkan karmavarana para insan, dua hal ini merupakan keistimewaan yang sangat langka.
Dapat menaklukkan klesha dan menyingkirkan karmavarana, disebut sebagai nomor satu ! Oleh karena itu, untuk menyingkirkan karmavarana, klesha, dan rintangan yang menutupi para insan, merupakan dua ikrar utama Beliau.
Ada tiga macam wujud Sarvanivaranaviskambhin, yang berwarna putih bermakna santika, membersihkan semua karmavarana ; Yang berwarna kuning berarti meningkatkan semua kebijaksanaan dan berkah ; Yang berwarna biru bermakna menyingkirkan semua teluh dan segala macam rintangan makhluk halus. Beliau merupakan Adhinatha di dalam Sala ke-8 dalam 13 Sala Mandala Garbhadhatu, dan dikelilingi oleh Astamahabodhisattva.
Dalam Dharmadesana beliau, Dharmaraja mengungkapkan bahwa upacara homa hari itu sangat sukses, semoga setelah menerima abhiseka ini, bagi yang terkena teluh dapat menyingkirkan teluh tersebut, bagi yang diguna-guna juga dapat menyingkirkan guna-guna tersebut, karma penyakit juga tersingkirkan, klesha juga tersingkirkan, rintangan pun juga tersingkirkan, “Setelah menerima abhiseka ini, semoga semua dipenuhi dengan kebahagiaan, segala hal menjadi lancar sesuai harapan yang baik, inilah yang paling manggala.”
“Klesha disebabkan oleh avidya, apa itu avidya yang paling besar ? Yaitu Anda melekati dunia materi yang kasat mata sebagai benar-benar nyata.” Dharmaraja memberitahu semua, karena Anda melekatinya sebagai nyata, sehingga Anda menolak semua yang tidak kelihatan mata jasmani. Banyak hal di dunia tak kasat mata yang tidak nampak oleh manusia awam, Dharmaraja menggunakan kisah dalam sutra sebagai contoh, saat Sakyamuni Buddha membabarkan Dharma, di antara pendengar ada yang berupa makhluk amanusya. “Apakah ia adalah manusia ? Memang manusia, tapi bukan pula manusia. Ada juga para Dewata, ada para Naga dan delapan kelompok makhluk yang datang untuk mendengar Dharma, mereka benar-benar ada, bukannya tidak ada, semua yang disebutkan dalam sutra Buddha adalah kenyataan, dan bukan takhayul.” Dharmaraja kembali menekankan bahwa takhayul yang paling besar adalah saat Anda menganggap dunia yang kasat mata sebagai benar-benar ada, sedangkan yang tak kasat mata dianggap sebagai tidak ada, “Inilah avidya yang paling besar.”
Tujuan utama dalam bhavana adalah untuk menghancurkan avidya, tabiat buruk diri sendiri juga mesti disingkirkan. Dharmaraja mengajarkan bahwa kita mesti menghancurkan avidya, sebab pemikiran dalam agama Buddha adalah pemikiran anatman, kesetaraan bagi semua makhluk, “Sebagai seorang Bodhisattva kita mesti memberikan manfaat bagi semua makhluk, Bodhisattva mengutamakan memberi manfaat bagi insan lain, Guru Padmasambhava juga mengutamakan memberi manfaat bagi semua makhluk, mengutamakan memberi manfaat bagi insan lain, demikian pula dengan Yeshe Tsogyal, Beliau juga mengabdi untuk membantu para insan.”
Oleh karena itu, seorang Bodhisattva tidak akan mencelakai semua makhluk, tidak akan mencelakai para insan, melainkan hanya memberikan manfaat bagi semua makhluk, bahkan sanggup mengorbankan nyawa diri sendiri, “Saat Anda melekat, dengan adanya kemelekatan ego, dengan sendirinya timbul kerisauan batin, hanya memikirkan ego dan tidak memikirkan kebaikan bagi insan lain, tentu saja muncul kerisauan batin. Jika Anda hanya memikirkan kebaikan bagi orang lain, bahkan mengorbankan diri pun sanggup.”
Dharmaraja memberi semangat, teladani bagaimana Sarvanivaranaviskambhin meninggalkan klesha, pasti melalui prinsip alamiah, “Saat suatu yang baik terjadi, Anda tidak perlu terlampau girang, saat kondisi lancar juga tidak perlu terlampau gembira, di saat kondisi tidak lancar, jangan khawatir, tidak masalah, demikianlah cara meninggalkan klesha. Kita sadhaka mesti meneladani semangat mulia dari Sarvanivaranaviskambhin.”
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre
Dalam teks Lamdre disebutkan : “Saat Maradevaputra datang merintangi, lindungi diri dengan empat jenis kesadaran.”
Dharmaraja menggunakan pengalaman bhavana Yeshe Tsogyal sebagai contoh, di saat Yeshe Tsogyal berbhavana di dalam gua, karena cahaya yang dipancarkan Beliau terlampau terang dan terlampau kuat, para makhluk halus di sekitar yang terkena pancaran cahaya tersebut menganggapnya sebagai rintangan bagi mereka, maka mereka pun menjelma sebagai mara untuk mengganggu Yeshe Tsogyal, dan Yeshe Tsogyal pun menggunakan metode empat jenis kesadaran untuk melindungi diri.
Dharmaraja mengulas makna dari empat jenis kesadaran : Mendadak Anda menyadari bahwa diri sendiri sedang bermeditasi, kondisi eksternal tidak bisa memengaruhi Anda, “Asalkan Anda sadar, tidak akan ada rasa takut, Anda tahu bahwa semua adalah ilusi. Bahkan visualisasi pun bisa muncul mara internal.” Lebih mendalam lagi, sadhaka menggunakan kebijaksanaan terang untuk menerangi dan melindungi diri. Gunakan kebijaksanaan terang untuk mengenali fenomena, gunakan kebijaksanaan terang untuk melindungi diri sendiri.”
Usai Dharmadesana, Dharmaraja Liansheng menganugerahkan Abhiseka Sadhana Istadevata Sarvanivaranaviskambhin kepada semua, rangkaian acara upacara homa pun telah berjalan dengan sempurna dan manggala.