033 - Mengapa Sang Buddha Meninggalkan Kehidupan Duniawi?

Beberapa hari yang lalu kita membahas mengapa Sakyamuni Buddha meninggalkan kehidupan duniawi? Hari ini ada sedikit tambahan.

Menurut yang telah saya dalami perihal mengapa Sakyamuni Buddha meninggalkan kehidupan duniawi, ini berhubungan dengan satu filsafat Barat yaitu eksistensialisme.

Eksistensialisme dinyatakan oleh beberapa guru besar seperti Kierkegaard dan Frankl, ini merupakan sebuah fenomena psikologis. 

Sakyamuni Buddha adalah seorang Putra Mahkota yang kelak akan menjadi raja, tentu memiliki banyak harta kekayaan, hidup pernikahannya juga sangat indah, memiliki istri yang sangat cantik dan memiliki putra, tapi mengapa Dia meninggalkan keduniawian?

Ini berhubungan dengan satu hal, yang dimaksud dengan eksistensialisme di sini adalah kehampaan eksistensial, ini adalah hal yang tidak berwujud, yaitu saat Anda memiliki ketenaran dan kesuksesan, saat segala sesuatunya sangat sempurna, Anda akan merasa dalam keberadaan Anda terdapat sebuah kehampaan.

Kehampaan ini membuat seseorang terus tenggelam, jatuh ke jurang yang sangat dalam dan tidak dapat keluar, jatuh ke dalam sebuah lubang yang sangat dalam, ini disebut kehampaan eksistensial.

Banyak orang di saat mempunyai ketenaran dan kesuksesan , saat segala sesuatunya sempurna, dia malah bunuh diri. Seperti pemenang Nobel, Ernest Hemingway, Kawabata Yasunari, bahkan San-mao dari Taiwan, mengapa mereka bunuh diri? Sebab saat segala sesuatunya sempurna, tiada tekanan hidup, justru merasa hidup sangat hampa, inilah kehampaan eksistensial.
 
Dalam periode ini, ada satu hal yang sangat penting, apabila dapat menggunakan kekuatan ajaran agama untuk mengembangkan nilai eksistensi Anda, meningkatkan perkembangan spiritual, maka Anda akan tertolong. Jika tidak, maka kehampaan ini bagaikan seekor hewan buas raksasa yang menelan manusia.

Ini adalah psikologi, di antara kelahiran dan kematian Anda dapat timbul fenomena kehampaan eksistensial. Secara kejiwaan , dapat menggunakan kekuatan ajaran agama untuk menolongnya. Dalam tantrayana menggunakan kekuatan sadhana untuk meningkatkan spiritual, kemudian melangkah ke tingkatan yang lebih tinggi.
 
Dalam kehidupan Sakyamuni Buddha segala sesuatunya sangat sempurna, mengapa Ia meninggalkan keduniawian? Karena adanya kehampaan eksistensial, hal ini perlu untuk dipahami oleh Anda semua. Orang Tiongkok mengatakan: ‘Kesepian di puncak’, saat Anda telah sampai di puncak dan tidak dapat naik lagi, akan timbul semacam perasaan frustasi,  kehampaan eksistensial lebih besar daripada nilai-nilai eksistensial, saat itu kondisi kejiwaan Anda terjatuh sepenuhnya. Saat itu, metode yang paling baik adalah menggunakan kekuatan ajaran agama untuk meningkatkan spiritual Anda sendiri.

Di Hong Kong kita berjumpa dengan seseorang, dia masih sangat muda dan telah menghasilkan banyak uang, setiap hari keluar untuk membeli benda-benda yang paling mahal, tapi dia sendiri merasa tidak bahagia. Sesungguhnya ini adalah simpul kejiwaan, dia telah mengalami suatu penyakit jaman sekarang: ‘kehampaan eksistensial’. Saat itu harus meningkatkan nilai-nilai eksistensial. Saat Anda tidak dapat menemukan nilai-nilai tersebut, Anda akan menjadi hampa, jiwa Anda akan jatuh dan tidak sanggup naik lagi.
 
Eksistensialisme merupakan suatu kondisi psikologis, para psikolog saat ini perlu mendalaminya. Seperti yang dikatakan oleh seorang sastrawan Jepang: “Sastra merupakan simbol depresi.” Mengapa seorang pengarang mempunyai kekuatan tulisan? Sebab Anda merasa sangat menderita, sangat melankolis, Anda sedang melepaskan tekanan, oleh karena itu Anda terus berjalan dan berkembang di dunia sastra, ini merupakan semacam cara untuk mengisi kekosongan. Anda tidak bisa tidak menulis, sebab Anda terus berada dalam depresi dan perlu melepaskan tekanan tersebut. Saat Anda tiba di puncak, Anda akan merasakan fenomena kehampaan. Oleh karena itulah di jaman Sakyamuni Buddha ada banyak pangeran yang ikut meninggalkan keduniawian, menurut perkiraan saya mereka terpengaruh oleh kehampaan eksistensial, ada sedikit hubungan dengan eksistensialisme. Sang Buddha telah menuntun delapan pangeran untuk meninggalkan keduniawian, semua adalah pangeran yang memiliki kehidupan sempurna dan akan menjadi raja, mengapa meninggalkan kehidupan duniawi? Mempunyai nama dan kesuksesan, mempunyai keluarga yang sempurna, dikarenakan kehampaan eksistensial maka mereka mencari nilai-nilai eksistensi, kemudian menggunakan nilai-nilai tersebut untuk mengembangkan spiritual, dengan demikian barulah kehidupan menjadi bermakna.

Saat ini banyak siswa yang telah meninggalkan keduniawian, kita harus meraih nilai-nilai eksistensi, dengan adanya nilai-nilai tersebut, barulah spiritual dapat ditingkatkan. Pengulasan hari ini sampai di sini.

Om Mani Padme Hum.

「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。