16 Mei 2020 Liputan Dharmadesana Dharmaraja Liansheng di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple

16 Mei 2020 Liputan Dharmadesana Dharmaraja Liansheng di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple


TBS Seattle Ling Shen Ching Tze Temple

Peraturan diam di rumah saja untuk mencegah penyebaran wabah belum dicabut, semua umat Zhenfo Zong menantikan datangnya saat berjumpa dengan Mahaguru dan Gurudara secara daring setiap hari Sabtu. Pada hari Sabtu, tanggal 16 Mei, pukul 8 malam, di saat suara lonceng berdentang di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, dari layar nampak Mahaguru dan Gurudara dengan penuh semangat memasuki bhaktisala, inilah saat-saat yang paling membahagiakan bagi segenap umat Zhenfo Zong.

Terlebih dahulu bernamaskara kepada Triratna Mandala, kemudian melakukan Prayoga singkat, dan Acarya Shi Lianwang (釋蓮旺上師) selaku pewara mewakili semua mempersembahkan khata sebagai tanda penghormatan tertinggi.

Mahaguru bersembah puja kepada segenap Guru Silsilah, bersembah puja kepada Triratna Mandala, kepada Ksitigarbha Bodhisattva, Mahabala Vajra, dan segenap parivar Ksitigarbha Bodhisattva. Kemudian Mahaguru menggunakan berbagai macam bahasa menyapa semua umat yang ikut menyaksikan siaran langsung secara daring.

Selanjutnya adalah sesi yang paling dinantikan, yaitu : “Anda Bertanya Saya Menjawab”, Mahaguru menjawab setiap pertanyaan dari para siswa.

Siswa bertanya : Mohon petunjuk Mahaguru, dalam buku “Kiat Jalan Moksa”, saat menekuni Vajrajapa, ada tertulis : “Tahan Prana”, di dalamnya disebutkan : “Tahap visualisasi tahan prana ( aksara A ) naik ke cakra puncak, kemudian turun lagi mencapai cakra muladhara, dan naik lagi sampai ke cakra anahata.” Apakah keseluruhan proses dilakukan dengan menghirup napas, atau harus tahan napas ?

Mahaguru menjawab :
Saat Anda tahan napas, visualisasi aksara “A” tahan napas sebentar, kemudian saat hendak dibuyarkan, barulah aksara “A” naik ke cakra puncak, kemudian turun lagi ke cakra muladhara, kemudian naik lagi ke cakra anahata. Semestinya ini dilakukan saat membuyarkan prana. Dengan kata lain, Anda mengirup napas sekali, tahan napas, visualisasi aksara “A”, kemudian saat tahan napas visualisasi aksara “A” hendak dibuyarkan, ikuti daya membuyarkan prana ini untuk bersirkulasi naik dan turun, kemudian baru napas diembuskan. Jadi bukannya dalam keseluruhan proses Anda menghirup atau menahan napas, melainkan dilakukan saat membuyarkan prana.

Siswa bertanya :
Dalam proses latihan Sembilan Tahap Pernapasan Buddha, saat prana mencapai ujung nadi tengah yang berbentuk seperti terompet kemudian turun, apakah kita terus tarik napas sambil visualisasi prana turun, atau begitu prana mencapai cakra puncak kita sudah mulai embuskan napas ? Apakah nadi tengah boleh divisualisasikan ada pada tulang belakang ? Supaya lebih tetap posisinya.

Mahaguru menjawab :
Nadi tengah tidak berwujud, bukan divisualisasikan di tulang belakang. Saat visualisasi tiga nadi, sekujur tubuh adalah kosong, tidak bisa dianggap ada jantung, tulang belakang, tulang rusuk, dan paru-paru, semua kosong. Saat meditasi, visualisasikan sekujur tubuh kosong, baru kemudian visualisasikan nadi tengah, nadi kiri, dan nadi kanan. Walau dalam Dao dikatakan tulang belakang, tapi dalam Tantra sepenuhnya kosong, hanya tersisa nadi tengah, nadi kiri, dan nadi kanan.

Visualisasi Sembilan Tahap Pernapasan Buddha dilakukan sekaligus, seperti visualisasi ini ( Mahaguru menggunakan kelingking untuk memperagakan ) masuk melalui lubang hidung kanan, keluar melalui lubang hidung kiri, masuk melalui lubang hidung kiri, keluar melalui lubang hidung kanan, kemudian masuk melalui kedua lubang hidung, naik, tidak tembus, turun lagi, kemudian keluar lagi melalui kedua lubang hidung, semua ini dilakukan sekaligus, Sembilan Tahap Pernapasan Buddha adalah sembilan kali napas.

Siswa bertanya :
Saat visualisasi cakra ajna, cakra visuddha, dan cakra anahata Mahaguru memancarkan cahaya mengadhisthana, siswa sering merasa hawa karma buruk terlalu pekat, tidak bisa memvisualisasikan cahaya dengan sangat terang dan bertenaga, Mohon Mahaguru memberi petunjuk, bagaimana supaya dapat dengan lancar menyingkirkan rintangan pikiran.

Mahaguru menjawab :
Tiap kali visualisasi Istadevata seperti Mahadewi Yaochi, Amitabha Buddha, atau Ksitigarbha Bodhisattva, Mahaguru terlebih dahulu bervisualisasi proses kemunculan-Nya.

Kemudian, visualisasi pada cakra ajna Beliau terdapat aksara “Om” berwarna putih, cakra visuddha terdapat aksara “A” berwarna merah, cakra anahata terdapat aksara “Hum” berwarna biru, Istadevata ada di hadapan Anda, Anda perlu visualisasi tiga lingkaran, di dalamnya ada aksara mantra, aksara “Om” seputih susu, aksara “A” merah terang semerah bunga merah, aksara “Hum” sebiru langit, kemudian visualisasi Istadevata memancarkan cahaya, bagian cakra ajna Anda berubah menjadi aksara “Om” putih, cakra visuddha aksara “A” merah, cakra anahata aksara “Hum” biru, ini disebut visualisasi tricahaya, tiap kali melakukannya Mahaguru selalu merasakan sentuhan, oleh karena itu, Anda mesti gunakan daya diri sendiri untuk menghentikan pikiran bercabang, kemudian visualisasi dengan sangat jelas.

Siswa bertanya : Jika melakukan Sembilan Tahap Pernapasan Buddha dengan sangat cepat, apakah bisa memengaruhi prana nadi dan meridian tubuh ?

Mahaguru menjawab : Saya mengajarkan kepada semua, Sembilan Tahap Pernapasan mesti dilakukan dengan halus, perlahan, dan panjang, kenapa Anda ingin melakukannya dengan sangat cepat ? Mesti perlahan baru bisa fokus. Jangan bernapas seperti orang awam yang hanya sampai di tenggorokan, Anda hirup prana sekitar sepanjang satu kaki, di dalam juga sepanjang satu kaki, semua dalam proporsi yang sama, tentu saja makin panjang makin baik, halus, perlahan dan panjang merupakan kiatnya. Jika terlampau cepat, Anda tidak bisa konsentrasi, dan bisa memengaruhi prana dan nadi.

Siswa bertanya : Mohon tanya Mahaguru, jika keluarga di rumah cenderung menyukai dan memuja Guanshengdijun, kelak saat jelang wafat, bila melihat Beliau datang menjemput, bolehkah pergi mengikuti Beliau ? Mengapa ?

Mahaguru menjawab : Praktisi sekte Tanah Suci, atau yang belajar Buddha, semua dijemput oleh Trini Arya Sukhavati, atau jika Anda telah mencapai kontak yoga dalam Sadhana Istadevatayoga, maka Istadevata akan datang menjemput Anda. Jika keluarga di rumah cenderung menyukai Guanshengdijun, karena Guanshengdijun adalah Sangharamapala dalam agama Buddha, Sangharama berarti vihara, Beliau adalah Dewa Pelindung Vihara, bersama Skandha Dharmapala Beliau merupakan Dewa Pelindung dalam Buddha, jika Anda menekuni Sadhana Istadevata Sangharamapala, kelak saat jelang wafat Beliau akan hadir untuk menjemput Anda, dan Anda boleh ikut Beliau.

Atau jika Istadevata Anda tidak muncul, yang muncul adalah Mulacarya Anda, atau Padmakumara muncul, maka Anda ikut Beliau saja, masuklah ke dalam Hati Mahaguru, maka Mahaguru akan membawa Anda mencapai alam suci Padmakumara : Mahapadminiloka. Jika yang muncul adalah Dharmapala, seperti Yamantaka Vajra, maka Anda juga mesti masuk ke dalam Hati Yamantaka, dan mencapai alam suci Yamantaka, semua sama saja, alam suci Yamantaka adalah alam suci Manjusri Bodhisattva, juga merupakan alam suci Amitabha Buddha.

Mahaguru melanjutkan pengulasan Lamdre – Marga Pengerahan Aksara Nadi

Teks Lamdre :

7.3, Marga Pengerahan Aksara Nadi
Dan lagi, kiat prana dan amrta digunakan untuk mengendalikan nadi dan aksara, disebut sebagai marga pengerahan nadi aksara loka himpunan awal : Dengan nidana nadi dan aksara, marga pengerahan aksara awam dari ilusi tidak tetap yang muncul saat ini, fenomena tujuh anubhava merupakan segala ilusi yang tidak nyata.

Loka Himpunan Menengah : Marga pengerahan 14 aksara dari tanda-tanda tetap yang timbul saat ini, sampai akhirnya semua fenomena menjadi terang dan kukuh.

Loka Himpunan Akhir : Marga pengerahan aksara luar biasa dari tanda terang tetap saat ini, memperoleh kelembutan luhur tertinggi, mata dapat memandang semua fenomena dengan jelas tanpa rintangan jarak jauh maupun dekat, ini tergolong sebagai lokiyamarga.

Mahaguru menjelaskan : Akar Tantra berasal dari India, sedangkan aksara Tibet merupakan transformasi dari aksara Sansekerta dari India, aksara Sansekerta dianugerahkan kepada India oleh Dewa Brahma.

Dalam Tantra Tibet, setiap Istadevata didahului dengan kemunculan aksara mantra-Nya, aksara mantra berputar, berubah menjadi Istadevata. Bahkan pada dahi, tenggorokan, ulu hati Istadevata, beserta semua sendi, terdapat aksara Sansekerta.

Latihan olah prana menggunakan Sembilan Tahap Pernapasan Buddha, Pernapasan Botol, dan Vajrajapa ; Latihan olah nadi, menggunakan prana untuk menembus nadi ; Latihan olah bindu menggunakan bindu putih turun, bindu merah kundalini naik. Latihan olah prana, nadi, dan bindu pada mulanya akan menghasilkan anubhava dan fenomena ilusi yang tidak nyata, saat itu prana Anda belum murni, nadi belum sepenuhnya tembus, dan bindu masih kotor, dan tentu saja anubhava yang muncul saat itu tidak nyata, merupakan ilusi.

Sampai pada tahap loka himpunan menengah, berarti Anda telah berlatih prana, nadi, dan bindu selama waktu tertentu, akan lebih jelas dan kukuh. Sampai pada loka himpunan akhir, memperoleh kelembutan luhur tertinggi, melihat segala fenomena baik jauh maupun dekat, seperti saat Mahabiksu Xuyun bermeditasi di dalam ruang meditasi, Beliau bisa melihat siswanya sedang kencing di kebun bunga. Prana tercukupi, nadi tembus, bindu sangat jelas, turun, naik, saat itu prana mencapai nadi di mata, akan timbul cahaya, saat memejamkan mata, cahaya tersebut bisa digunakan untuk melihat semua di luar tembok.

Teks Lamdre :

2. Lokuttaramarga
Kemudian, Abhiseka Kalasa Lokuttaramarga bhumi ke-6 , marga pengerahan aksara murni dari daya aksara, ada di bawah lokiyamarga, yang merupakan daya aksara tidak murni, yang muncul dengan sendirinya, fokus pada tiada kemunculan ; Saat tingkat Lokuttaramarga, karena daya murni maka bentuk aksara nadi berubah menjadi berbagai bentuk, prana hati diserap, dapat memunculkan berbagai wujud agung. Abhiseka Guhya bhumi ke-4 : Menggunakan daya aksara, yang merupakan marga pengerahan kemurnian sebagian besar.

Abhiseka Prajna bhumi ke-2 dan Abhiseka Tingkat Empat bhumi separuh, menggunakan marga pengerahan daya aksara mahamurni sebagai nidana untuk menampakkan alam suci Dharmatakaya, jika di dalam aksara “A” pendek di nadi tengah, melihat berbagai dharma samsara dan nirvana, disebut : “Melihat triloka dari mudra”.

Dan lagi, pada bhumi ke-13, berasal dari sarvacarya melebur dalam aksara, menjadi aksara tak terhancurkan, aksara berubah menjadi Sambhogakaya.

Mahaguru menjelaskan : Dalam Lokuttaramarga, muncul berbagai wujud keagungan, seperti saat Mahaguru bervisualisasi diri sendiri berubah menjadi Istadevata Amitabha Buddha, berkontak yoga dengan Amitabha Buddha. Visualisasi Avalokitesvara Bodhisattva memercikkan air suci, Mahastamaprapta Bodhisattva memegang padma kuncup yang memancarkan cahaya merah menyinari diri sendiri, mendadak melihat kemunculan Sahasrabhuja Sahasranetra Avalokitesvara, dan setiap tangannya bisa berubah, membentuk berbagai macam mudra, membawa banyak Dharmayudham, terus berubah-ubah. Pada tingkat Lokuttaramarga, bisa muncul berbagai wujud agung, “Karena daya murni maka bentuk aksara nadi berubah menjadi berbagai bentuk, prana hati diserap.” Hati dan prana diserap ke sana, daya murni, prana murni, nadi juga murni, bindu juga murni, cahaya terang yang muncul saat itu sangat nyata dan jelas.

Di penghujung Dharmadesana, Mahaguru mengisahkan beberapa kisah humor untuk menyampaikan makna Dharma. Mahaguru juga memanjatkan permohonan semoga Buddha dan Bodhisattva berwelas asih kepada semua insan, mengadhisthana supaya pandemi segera berlalu, supaya semua bisa kembali pada kehidupan sehari-hari yang wajar.

Artikel Dharmadesana lengkap ( Bahasa Mandarin ) :
www.tbsva.org/tbnw/epaper_detail1049.htm

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。