30 Januari 2021 Pujabakti Sadhana Istadevata Avalokitesvara Bodhisattva
《Berita Seattle Ling Shen Ching Tze Temple》
Keluhuran Avalokitesvara Bodhisattva sungguh tak terperi,
Kesucian dan keagungan-Nya merupakan hasil bhavana berkalpa-kalpa.
Tiga puluh dua perwujudan memenuhi semesta,
Selama kalpa tak terhingga memberikan bimbingan di Jambudvipa.
Dahan dedalu di tangan senantiasa memercikkan,
Tirta amrta dari dalam kalasa.
Menampakkan diri menanggapi semua doa,
Laksana bahtera menyeberangkan insan melintasi samudra samsara.
Malam hari ini adalah pujabakti Sadhana Istadevata Avalokitesvara Bodhisattva (Guanshiyin Pusa - 觀世音菩薩), pada permulaan Dharmadesana, Mahaguru langsung memuliakan bahwa Avalokitesvara Bodhisattva adalah yang paling welas asih, Beliau senantiasa berupaya sekuat tenaga untuk menyeberangkan semua makhluk. Semoga semua perwujudan Avalokitesvara Bodhisattva, dengan seribu mata mengamati, dengan seribu tangan menopang, dengan cepat mengulurkan pertolongan kepada semua makhluk.
◎ Anda Bertanya Aku Menjawab - Interaksi dengan Mahaguru
Siswa bertanya:
Dalam Sutra Raja Naga yang Dibabarkan oleh Sang Buddha ada tertulis, "Tidak fokus mendengar Dharmadesana Guru" bisa terlahir kembali ke dalam bangsa naga, mohon petunjuk Mahaguru, apakah ini hanya berlaku bagi para biksu dan biksuni yang berada di arena upacara? Apakah ini termasuk biksu dan biksuni, serta umat perumah tangga yang menyaksikan Dharmadesana melalui siaran langsung internet?
Mahaguru menjawab:
Dahulu kala, saat Sang Buddha membabarkan sutra, ada seorang siswa yang selalu saja tertidur, Sang Buddha mengatakan, jika ia masih saja ketiduran, kelak akan terlahir kembali menjadi jenis kerang yang terus menutup cangkangnya dan tertidur di dalam. Akhirnya, siswa ini terus membuka matanya dan tidak tidur, sampai matanya menjadi buta, namun ia berhasil berbhavana menjadi nomor satu dalam divyacaksu (mata dewata), nama siswa ini adalah: Aniruddha.
Jika terkadang karena perbedaan waktu, sehingga Anda ketiduran sejenak, menurut saya masih tidak masalah, tidak separah itu, tapi jangan sampai setiap Dharmadesana Anda ketiduran. Dalam Sutra Raja Naga, Sang Buddha menyebutkan, tidak fokus mendengar Dharmadesana Guru, bisa terjerumus ke alam bangsa naga. Nagarjuna Bodhisattva juga berasal dari bangsa naga! Orang Tionghoa juga keturunan naga, bukankah itu baik. Tapi jika tidak fokus mendengar Dharmadesana Guru sehingga Anda terjerumus ke alam ular, maka ini tidak baik.
Siswa bertanya:
Dalam buku nomor 204 "Kitab Petunjuk Langit", artikel berjudul "Xu You Orang Asing", tertulis bahwa Xu You adalah orang yang memahami misteri agung alam semesta (Orang yang tercerahkan), namun kenapa ia masih berada di surga ketidakberdayaan dan belum terbebas dari samsara?
Mahaguru menjawab:
Dalam "Kitab Legenda Kuno" disebutkan bahwa Xu You adalah orang pada zaman kuno. Yao, Shun, dan Yu adalah tiga kaisar zaman kuno, Yao dan Shun melepaskan takhtanya, supaya orang yang berkebajikan bisa menjadi kaisar. Saat itu, karena mereka mengetahui bahwa Xu You adalah seorang suci, maka Yao dan Shun ingin memberikan takhtanya kepada Xu You. Namun Xu You tidak suka menjadi kaisar, begitu ia mendengar kalimat ini: "Keluarlah untuk menjadi kaisar." Ia langsung lari ke tepi sungai untuk mencuci telinganya. Sebab baginya kata "kaisar" sangat duniawi, mendengarnya justru melecehkan dia. Di golongan bawah juga ada seorang suci, mendengar Xu You mencuci telinga di tepi sungai, dan kebetulan ia telah meminum air sungai itu, ia pun langsung memuntahkan semua air dalam perutnya, baginya menjadi seorang kaisar adalah hal yang sangat tercela dan memalukan.
Sebenarnya jika Xu You menjadi kaisar, ia bisa membantu umat manusia, hati welas asih dengan tekad menolong para insan adalah Bodhicitta. Tanpa Bodhicitta, hanya bisa menjadi orang suci golongan Pratyekabuddha atau Sravaka. Ia hanya menjadi orang suci, orang yang telah tercerahkan, namun tidak membangkitkan Bodhicitta, sehingga ia berada di surga ketidakberdayaan, ini juga alam surga, hanya saja sepanjang hari tidak berdaya. Kita bisa memilih untuk tidak hanya menjadi orang suci, kita bisa menjadi Bodhisattva yang menuntun para insan.
Siswa dari Singapura bertanya:
1. Umat yang belum bersarana, belum kenal Istadevatanya sendiri, belum kenal Dharmapalanya sendiri, dan tidak tahu nidana dirinya. Mohon petunjuknya, persiapan apakah yang mesti siswa lakukan untuk bersarana? Apakah perlu mempersiapkan sarana puja?
2. Japamala berjumlah 108 butir yang bagaimanakah yang sesuai standar? Apakah dibedakan secara ukuran besar kecil, warna, dan bahannya? Yang bagaimanakah yang baik?
Mahaguru menjawab:
Jika di Singapura Anda membeli buku saya, di bagian belakang ada cara bersarana, Anda cukup lakukan sesuai dengan cara yang tertulis di sana, maka Anda pun dapat bersarana. Pandemi saat ini juga tidak memungkinkan bagi Anda untuk datang langsung bersarana, namun dari rumah Anda sudah bisa mendapatkan abhiseka jarak jauh, yaitu bersarana melalui angkasa. Jika Anda ingin bersarana, dan ingin terlebih dahulu mempersiapkan sarana puja, demikian juga boleh, sesuaikan saja dengan kemampuan Anda.
Ada banyak jenis japamala, asalkan jumlahnya 108 butir, maka semua sesuai standar, tidak ada batasan besar dan kecilnya, asalkan baik saat Anda gunakan untuk menjapa, maka japamala itu sudah baik. Dalam Tantra disebutkan, gunakan japamala berwarna putih untuk santika, gunakan japamala berwarna merah untuk vasikarana, gunakan japamala warna biru untuk abhicaruka, dan gunakan japamala warna kuning untuk paustika.
Demikian pula dengan sarana puja, sarana puja warna merah digunakan untuk vasikarana, warna putih untuk santika, warna biru untuk abhicaruka, warna hitam juga untuk abhicaruka, dan warna kuning untuk paustika.
◎ Mahaguru Melanjutkan Pengulasan Lamdre
Prana dan hati, hati adalah pikiran, prana adalah prana yang digunakan untuk bhavana, prana dan pikiran manunggal. Saat prana masuk nadi tengah, inilah yang disebutkan dalam Lamdre sebagai: "Prana upaya masuk prana prajna", gunakan pikiran diri sendiri naik dan turun di dalam nadi tengah, saat itu akan menghasilkan kesucian dari skala satu sampai sepuluh, pada mulanya adalah kesucian skala pertama, kemudian kesucian skala kedua, demikian seterusnya, skala kesucian membedakan tahap kesucian, kemudian prana dan hati berbalik dan berhimpun di lokasi tiada diskriminasi, lokasi tanpa perbedaan.
Adhisthana hati adalah adhisthana pikiran, berputar di kesadaran tanpa diskriminasi, ini disebut sebagai ksanti. "Penjelasan ksanti ketiga dari prayogamarga telah usai", artinya adalah ksanti ketiga dari prayogamarga telah usai dibabarkan. Apa itu lokasi tanpa diskriminasi? Yaitu dengan sangat alamiah menempatkan pikiran dan prana pada Dharmata alamiah, lokasi tanpa perbedaan apa pun.
Berikutnya, Mahaguru membabarkan perihal: "Metode terbebas dari samsara", ada lima macam marga, yaitu: sambharamarga, prayogamarga, darsanamarga, bhavanamarga, dan parayana. Pada mulanya adalah sambharamarga dan prayogamarga, yaitu sebelum mencapai bhavanamarga, sadhaka mesti mempersiapkan sangat banyak bekal sambhara seperti berkah dan kebajikan.
Meskipun sadhaka mempunyai berkah dan kebajikan, walaupun sambharamarga telah ditekuni dengan sangat baik, namun hanya menghasilkan kelahiran di alam surga, masih belum bisa terbebas dari samsara. Prayogamarga juga masih belum bisa membebaskan dari samsara, hanya merupakan permulaan langkah, oleh karena itu, dalam Tantra ada caturprayoga, mahapujana, mahanamaskara, catursarana, Bodhicitta, dan pertobatan, semua ini ada dalam prayogamarga.
Dalam Caturprayoga ada mahamandalapuja, yaitu latihan memupuk berkah sambhara. Melakukan mahanamaskara, dengan kerendahhatian diri sendiri untuk menghormati para Buddha yang tertinggi, juga bermakna sarana. Sarana maksudnya adalah berlindung kepada Guru, Buddha, Dharma, dan Sangha. Kemudian membangkitkan Bodhicitta dan bertobat. Ini semua masih tergolong dalam metode samsara, masih belum bisa menghentikan penderitaan samsara dan rasa yang sangat kuat.
Terbebas dari derita, merupakan permulaan dari metode pembebasan dari samsara, merupakan awal dari anasrava. Anasrava (non-tiris) sesungguhnya adalah asravaksayajnanam, yang merupakan tingkat tertinggi dari enam jenis abhijna, mengakhiri semua tiris pada diri Anda, menjadi anasrava, yang demikian barulah merupakan keberhasilan sejati.
Berikutnya, mulai masuk darsanamarga. Dengan kata lain, telah menyempurnakan sambharamarga dan prayogamarga, mulai meninggalkan samsara, ini disebut "Bebas dari derita". Sudah mulai meninggalkan samsara, telah menghasilkan darsanamarga awal, mulai masuk darsanamarga. Darsanamarga berarti mulai muncul pencerahan, saat itu baru mulai tergolong "Kepenuhan darsanamarga". Berkat darsanamarga, Mahaguru tidak melekati berbagai hal di dunia, bisa memandang segala sesuatu sebagaimana adanya.
Rumah pun juga bukan milik Anda, bahkan tubuh Anda juga bisa rusak. Coba renungkan, benda apakah yang tidak bisa rusak? Apa yang paling Anda lekati? Harta? Rupa? Menurut Anda bisa dipertahankan berapa lama? Mahaguru juga tidak memiliki nafsu keinginan akan kemasyhuran, suatu hari nanti, bahkan nafsu makan pun juga tiada, tiada apa pun lagi, saat itu sudah dekat dengan darsanamarga. Kenapa dekat dengan darsanamarga? Sebab sudah tidak melekati apa pun lagi.
Mahaguru ingin menulis sebuah buku, mengungkapkan semua isi hati, yaitu buku mengenai ungkapan isi hati seorang Sangha lanjut usia. Saat Anda berusia 70 sekian tahun, saat Anda adalah seorang biksu yang sudah sangat lanjut usia, saat itu semua rasa dalam hati bisa dituliskan menjadi sebuah buku. Saat itu, bagaimana pemikiran Anda? Apa pun boleh, apa pun tidak masalah, apa pun terserah, sudah sangat dekat dengan darsanamarga. Sungguh, demikianlah asalnya pencerahan. Anda masih melekati apa lagi? Itulah penyebab penderitaan!
Melekat pada nyawa diri sendiri, berarti menderita karena nyawa diri sendiri. Melekat pada rupa perempuan, akan menderita karena rupa perempuan. Jika Anda tamak, maka Anda akan menderita karena ketamakan diri sendiri! Anda masih marah karena sesuatu, maka Anda bisa menderita karena kemarahan itu.
Semua adalah penderitaan! Hidup adalah penderitaan! Oleh karena itulah disebut: Samudra samsara tak bertepi, berbaliklah ke tepian! Anda harus memahami hal ini baru bisa mencapai darsanamarga! Apa itu kemelekatan? Singkirkan kemelekatan pada ego, kemelekatan pada Dharma, semua harus disingkirkan, semua klesha disingkirkan sampai habis, inilah darsanamarga.
Usai Dharmadesana yang sangat menarik, dan mengungkapkan makna mendalam dari Dharma, Mahaguru mengadhisthana semua siswa, mengadhisthana Air Mahakaruna Dharani, dan mengabhiseka pratima Buddha. Usai acara, Mahaguru berwelas asih menggunakan vyajanacamara untuk memberkati semuanya.
Marilah kita panjatkan rasa syukur sebesar-besarnya, atas welas asih Mulacarya Dharmaraja Liansheng untuk membebaskan para insan dari klesha, membuat kita semua memahami bahwa semua kemelekatan adalah penderitaan, membimbing kita semua menapaki jalan sejati untuk terbebas dari derita dan memperoleh kebahagiaan sejati.