28 Maret 2021 Upacara Agung Homa Mahapratisara Bodhisattva di Rainbow Temple
#Liputan TBSN
Pada tanggal 28 Maret 2021, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat mengundang Mulacarya Dharmaraja Liansheng memimpin Upacara Agung Homa Mahapratisara Bodhisattva, serta mengulas Lamdre. Di awal Dharmadesana, Mahaguru memperkenalkan Mahapratisara Bodhisattva yang memiliki Gelar Tantra: Vajra Pengabul Harapan atau Varada Vajra, yang memenuhi harapan sesuai permohonan sadhaka. Mudranya adalah Asta Mudra Pratisara, yang melambangkan delapan lengan Bodhisattva. Dharmaraja memberi petunjuk bahwa mudra utama dari Mahapratisara adalah Mudra Karanda, mudra mesti saling tepuk bolak-balik tiga kali dan saling gosok tiga kali.
Dharmaraja memberitahukan bahwa minggu depan adalah Upacara Penyeberangan Festival Qingming, Istadevatanya adalah Ksitigarbha Bodhisattva, mudra dari Ksitigarbha Bodhisattva adalah Vajradamstra (Jemari kedua tangan merangkap ke dalam, kedua jari tengah berdiri tegak), Vajradamstra Bodhisattva adalah Ksitigarbha Bodhisattva.
Setelah menceritakan sebuah kisah humor mengenai mengubah sejarah, Dharmaraja menunjukkan bahwa dalam buku "Tiān xià dì yī líng" tertulis mengenai Xu Fu yang membawa 3000 anak laki-laki dan perempuan, kaisar yang berkuasa saat itu mestinya adalah Qin Shihuang. Dengan tawa, Dharmaraja menjelaskan bahwa saat menulisnya, pikiran sempat kosong, sehingga menulisnya menjadi Han Wudi, kesalahan tulis satu kali sudah mengubah sejarah! Namun, Han Wudi dan Qin Shihuang sama-sama meyakini agama Tao, mereka juga memiliki ambisi besar, dan mendambakan keabadian. Han Wudi juga mempunyai pejabat yang bernama Xu Fu. Dharmaraja mencontohkan ambisi Qin Shihuang untuk mengejar keabadian, mengingatkan kita semua bahwa hidup ini tidak kekal, hidup dan mati, naik dan turun, kaya dan miskin, rukun dan berpisah, segala sesuatu mengalami perubahan, semua tidak kekal.
◎ Anda Bertanya Aku Menjawab
Saat berada di Taiwan Lei Tsang Temple, siswa dari Tiongkok pernah melihat pratima Padmakumara berlengan empat, kedua tangan memegang vajra dan ghanta, sepasang tangan yang lain membentuk Mudra Padmakumara. Siswa tersebut mohon Mahaguru membabarkan Sadhana Tantra Padmakumara Lengan Empat.
Dharmaraja menjelaskan bahwa pratima tersebut ada karena dulu beberapa umat mohon petunjuk Dharmaraja bagaimana membuat pratima Padmakumara lengan empat, saat itu Dharmaraja menyetujui, namun tidak ada makna dan Sadhana Tantra yang khusus, hanya inspirasi sesaat.
Seorang biksu dari Malaysia memohon petunjuk, jika status kebiksuan seseorang telah dicabut oleh TBF, apakah ini menandakan bahwa ia kehilangan daya adhisthana silsilah, dan setelah kembali menjalani kehidupan awam ia tidak bisa menjadi siswa perumah tangga Zhenfo Zong, dan tidak bisa melanjutkan penekunan Sadhana Tantra Zhenfo ?
Dharmaraja menjawab :
Bila seorang biksu / biksuni melanggar sila kebiksuan atau sila berat, dan tidak bersedia bertobat untuk mempertahankan status kebiksuan, berarti ia telah kehilangan kualifikasinya sebagai Sangha, meskipun ia telah kembali pada kehidupan awam, ia masih tetap merupakan siswa Zhenfo Zong, asalkan mereka mematuhi sila bagi umat awam, mereka juga boleh menekuni Sadhana Tantra Zhenfo, sebab Dharmaraja berikrar untuk tidak meninggalkan satu insan pun. Namun, Dharmaraja juga mengingatkan, bagi biksu/biksuni yang telah melanggar sila kebiksuan atau sila berat, setelah mereka melepas status kebiksuan, walau mereka tetap merupakan siswa Zhenfo, mereka harus bertobat atas segala kesalahan yang telah diperbuat, kemudian melanjutkan penekunan Sadhana Tantra Zhenfo, dengan demikian tetap memiliki daya adhisthana silsilah.
Jika sadhaka meninggalkan Zhenfo Zong, atau merasa Zhenfo Zong tidak sesuai untuk dirinya, atau berpindah agama, maka ia kehilangan daya adhisthana silsilah. Namun, asalkan sadhaka bersedia kembali, dan kembali menerima abhiseka, maka daya adhisthana silsilah akan kembali.
Dharmaraja mencontohkan, para biksu dan biksuni yang pernah mengikuti XX, meskipun mereka ikut XX, namun asalkan setiap hari tiga waktu dapat mengingat Mulacarya, visualisasi Mulacarya menetap di puncak kepala, menekuni Sadhana Tantra Zhenfo, maka tetap memiliki daya adhisthana silsilah, tidak kehilangan silsilah.
Dharmaraja menggunakan nama Dharma dari seorang anggota Sangha untuk melontarkan pertanyaan balik, dari nama Biksu Shi Lianshui (釋蓮誰法師), "Shui" berarti "Siapa", "Sesungguhnya siapakah Anda?!", Dharmaraja menekankan, "Orang yang belajar Buddha mesti memahami siapakah sesungguhnya dirinya?! Ini adalah pertanyaan sekte Chan. Saat Anda benar-benar mengetahui siapa sesungguhnya Anda, maka Anda pun mencapai darsanamarga (pencerahan teori)."
Pertanyaan selanjutnya dari Biksu Shi Lianshui: "Setelah seorang anggota Sangha melepas sila kebiksuan, apakah ia boleh menerima upasampada ulang? Sebab menurut aturan dari Sang Buddha, dalam satu kehidupan, siswa laki-laki mempunyai 7 kali kesempatan untuk membarui sila kebiksuan, sedangkan bagi siswa perempuan, hanya ada satu kali kesempatan."
Dharmaraja menjawab:
Tidak ada orang yang berani merubah aturan yang ditetapkan oleh Sang Buddha. Siswa laki-laki memang boleh menerima sila kebiksuan sebanyak 7 kali, sedangkan siswa perempuan hanya ada satu kali kesempatan. Meskipun tidak setara, namun apa boleh buat, masyarakat India masa lampau juga menganut pandangan bahwa perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Sesungguhnya semula Sang Buddha tidak menyetujui perempuan masuk anggota Sangha, bahkan saat bibi Sang Buddha ingin masuk menjadi anggota Sangha, Sang Buddha juga tidak menerima. Baru kemudian Arya Ananda terus memohon demi umat perempuan, barulah Sang Buddha menerima siswa perempuan untuk menjadi anggota Sangha, namun juga menetapkan sila bahwa siswa perempuan hanya bisa menerima upasampada satu kali saja.
Umat dari Singapura menanyakan perihal sumber Mantra Pertobatan, "Om. Biezha. Samaya. Sudiea." Dharmaraja mengungkapkan, ibaratnya seperti Mantra Sadaksari Mahavidya yang merupakan Mantra Hati Avalokitesvara Bodhisattva, yang tentu saja bersumber dari Avalokitesvara Bodhisattva. Asal-usul Mantra Pertobatan ini berasal dari transmisi Biksu Liaoming, sedangkan Sadhana Tantra Biksu Liaoming ditransmisikan dari Acarya Norhla dari Xikang, beliau adalah Acarya dari Nyingmapa.
Acarya Norhla pernah mentransmisikan sadhana di Zhongyuan, dan menjalin persahabatan dengan Biksu Liaoming di Sichuan, sehingga kemudian terjalin hubungan Guru dan siswa, saling mentransmisikan sadhana. Mantra Pertobatan ini juga berasal dari Acarya Norhla.
Di Hong Kong ada Acarya Wu Runjiang (Acarya Lianhuazang) yang mendirikan sekte Yuanjue, mereka juga menggunakan Mantra Pertobatan ini, sebab beliau juga merupakan siswa dari Acarya Norhla. Dharmaraja mengenang, dahulu saat berkunjung ke Filipina, pernah mengunjungi tempat ibadah Acarya Norhla, mereka juga menjapa Mantra Pertobatan ini. Acarya Norhla juga mengundang Konga Rinpoche dari Kagyudpa untuk mentransmisikan sadhana di Zhongyuan, meskipun Konga Rinpoche adalah Kagyudpa, namun beliau juga mentransmisikan sadhana dari Nyingmapa.
Dharmaraja menjelaskan bahwa "Om. Biezha. Samaya. Sudiea." adalah mantra yang sangat pendek, sedangkan kalimat pertama dalam dalam Mantra Sataksara juga sama, keduanya hampir mirip, oleh karena itu menurut Dharmaraja Mantra Pertobatan berasal dari Vajrasattva. Sedangkan silsilah Mantra Pertobatan Zhenfo Zong berasal dari Acarya Norhla kepada Biksu Liaoming, kemudian ditransmisikan kepada Dharmaraja Liansheng.
Dharmaraja mengisahkan cerita humor mengenai "Seorang kakek menjaga kesehatan" untuk mengingatkan kita semua bahwa hidup itu mesti bergerak, mempelajari Tantra mesti berlatih Vajramusti, supaya nadi tubuh dapat aktif, supaya simpul nadi dapat terurai. Untuk melonggarkan dan membuka simpul nadi, kita perlu berolahraga, seperti olahraga sapta cakra, yang secara bertahap membuka cakra usnisa, cakra ajna, cakra visuddha, cakra anahata, cakra manipura, cakra svadhisthana, dan cakra muladhara. Setiap hari mesti melakukan yoga sapta cakra yang merupakan bagian dari Vajramusti.
◎ Dharmaraja Mengulas Lamdre
Slokha: "Bhavanamarga sampai bhumi ke-6, bhumi ke-2 adalah vimalabhumi, ke-3 adalah prabhakaribhumi, bhumi ke-4 adalah arcismati, bhumi ke-5 adalah sudurjayabhumi, bhumi ke-6 adalah abhimukhibhumi, semua dikupas berdasarkan metode ajaran. Keenam bhumi ini tergolong dalam tujuan dalam abhiseka kalasa." Dharmaraja menjelaskan, bagian ini mengupas mengenai enam bhumi Bodhisattva.
Slokha: "Mengajarkan empat bhumi dalam abhiseka guhya, dibagi menjadi empat: hetu, tanda pembuktian, phala, dan akhir." Dharmaraja menjelaskan, tingkatan di atas bhumi ke-6 hanya tersisa empat bhumi. Tujuan bhavana yang kedua, yang dikupas pada bagian ini adalah proses mencapai bhumi ke-10.
Slokha: "Sambhogakaya empat bhumi dalam abhiseka keempat, dari sambhogakaya menerima abhiseka keempat." Dharmaraja menjelaskan, empat bhumi di atas bhumi ke-6 juga perlu menerima abhiseka. Dharmakaya Buddha tidak berwujud, supaya para insan bisa membangkitkan keyakinan, maka Buddha menampilkan sambhogakaya, yaitu wujud keagungan para makhluk suci, semua merupakan Buddha sambhogakaya.
Slokha: "Dapat memperoleh keleluasaan Tathata sambhogakaya." Dharmaraja menjelaskan, saat mencapai empat bhumi lanjutan, tingkatan yang dicapai adalah sambhogakaya. Sedangkan keenam bhumi sebelumnya, semua hanya memperoleh nirmanakaya atau tubuh penjelmaan.
Slokha: "Di tengah mandala pojia, menyaksikan bija sadgati, memperoleh enam jenis bija. Aksara dalam nadi ksetraparisuddhi sambhogakaya internal menyaksikan mandala pojia." Dharmaraja menjelaskan, sama seperti saat Guru Padmasambhava membabarkan 13 Mandala Vajrakila, saat Beliau hendak mentransmisikan sadhana ini kepada Yeshe Tsogyal, Guru Padmasambhava mewujudkan 13 mandala. "Menyaksikan bija sadgati, memperoleh enam jenis bija." Yang dimaksud adalah di dalam mandala ada 6 bijaksara, aksara mantra. Hetu telah sesuai dengan abhiseka.
Slokha: "Abhiseka guhya final." Dharmaraja menjelaskan, urutan bhavana antara lain, sambharamarga, prayogamarga, darsanamarga, bhavanamarga, dan Parayana. Setelah mencapai tingkatan di atas bhumi ke-6, sudah tergolong abhiseka final (Parayana).
Slokha: "Tahapan marga abhiseka diri." Dharmaraja menjelaskan, ini disebut juga mengabhiseka diri sendiri, karena tidak ada Guru yang bisa memberikan Anda abhiseka guhya, sehingga dalam kondisi ini sadhaka bisa melakukan abhiseka diri. Misalnya ada siswa yang tinggal sangat jauh, ia tidak bisa memperoleh abhiseka dari Guru, maka ia bisa melakukan sesuai tata cara abhiseka untuk mengabhiseka diri.
Slokha: "Dapat memperoleh keleluasaan Tathata sambhogakaya." Dharmaraja menjelaskan, setelah Anda memperoleh abhiseka ini, kemudian mulai berbhavana, Anda dapat memperoleh keleluasaan Tathata sambhogakaya. Seperti, Sukhavatiloka merupakan alam manifestasi yang dijelmakan oleh Amitabha Buddha, dan di sana Amitabha Buddha tampil sebagai Buddha sambhogakaya.
Keleluasaan Tathata diibaratkan Anda menginginkan cincin, maka cincin muncul di jari Anda. Ingin mengenakan mahkota agung, langsung muncul mahkota. Memikirkan jubah, tubuh langsung mengenakan jubah surgawi. Apapun yang Anda sukai akan menjelma. Inilah leluasa, apapun yang dipikirkan akan muncul. Di dalam Dasabhumi Bodhisattva, saat mencapai bhumi ke-7 sampai bhumi ke-10, akan muncul fenomena leluasa.
Usai Dharmadesana, Dharmaraja menyapa para siswa melalui layar Zoom, para siswa membalas sapaan, mendadak suasana menjadi sangat meriah. Di pengujung acara, Dharmaraja berwelas asih menganugerahkan Abhiseka Sadhana Mahapratisara Bodhisattva kepada para siswa yang hadir, serangkaian acara puja pun telah sempurna.