25 April 2021 Upacara Agung Homa Manohara Vasudhara di Rainbow Temple
【Liputan TBSN】
Pada tanggal 25 April 2021, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) menyelenggarakan Upacara Agung Homa Manohara Vasudhara (Goucaitiannv - 勾財天女). Terlebih dahulu Dharmaraja Liansheng menyampaikan bahwa minggu depan adalah Upacara Homa Ucchusma Vajra (Huijijingang - 穢跡金剛), serta mengungkapkan bahwa dahulu menerima sila dari tiga orang Guru Sila di Vihara Bishanyan di Nantou, salah satu dari ketiga Guru Sila tersebut, Biksu Huisan (慧三法師) khusus menekuni Sadhana Ucchusma Vajra, saat itu beliau juga mentransmisikan kitab ritus Sadhana Ucchusma Vajra kepada Dharmaraja Liansheng. Ucchusma Vajra memiliki hawa elemen "Yang" yang sangat kuat, sehingga kontak yoga dengan Ucchusma Vajra dapat melahirkan seorang putra. Di Jepang, Ucchusma Vajra disemayamkan di toilet, sebab Beliau adalah Vajra yang menyingkirkan kekotoran.
Dharmaraja membabarkan bahwa "Ma Ruo Ha Ri A" dalam mantra Manohara Vasudhara adalah nama dari Manohara, sedangkan "Yin Ku Sa. Xie Xie Xie. Hom Hom Hom." adalah suara menebarkan uang.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab
Ada siswa yang bertanya:
Saat bermimpi buruk, menjapa "Om. A. Hom", mimpi buruk langsung teratasi. Mohon petunjuk Dharmaraja, apakah makna dari Mantra Triaksara ini.
Dharmaraja menjawab:
Dahulu Guru mengatakan, jika hendak mengulas makna dari Triaksara Vidya, butuh waktu setengah tahun untuk mengulasnya. Namun secara singkat, maknanya adalah sinar terang. Mimpi buruk tergolong kegelapan, setelah Anda menjapa sinar terang, maka kegelapan pun sirna. Triaksara Vidya adalah pusat dari semua mantra, semua mantra merupakan perwujudan dari Triaksara Vidya. Lebih lanjut, Dharmaraja menjelaskan, untuk mentransformasikan makanan perlu menjapa "Om. A. Hom", saat mempersembahkan juga menjapa "Om. A. Hom." Banyak mantra yang dimulai dari aksara "Om" dan diakhiri dengan aksara "Hom". Aksara "A" merepresentasikan aksara mantra semua Buddha dan Bodhisattva, merupakan mantra kolektif semua Buddha dan Bodhisattva. Selain itu, "Om" juga merepresentasikan alam semesta, "A" adalah semua Istadevata, "Hom" adalah hasil, semua keberhasilan terkandung dalam aksara "Hom", oleh karena itulah Triaksara Vidya sangat penting.
Siswa bertanya:
Jika seorang rohaniwan yang melanggar sila berada di tempat ibadah, memandu semua umat berpujabakti, apakah dengan demikian ia bisa mencemari semua umat yang lain? Apakah perlu untuk dihindari? Jika tidak menghindarinya, dan tetap ikut berpujabakti, apakah akan terkena pengaruh buruk dan ikut terjerumus?
Dharmaraja meminta supaya direktur TBF, Acarya Shi Lianseng (蓮僧) mengungkapkan pendapatnya, menurut Acarya Lianseng, jika rohaniwan tersebut telah terbukti melanggar 14 Sila Dasar Tantra, maka ia tidak boleh lagi memandu pujabakti, karena ia bisa memengaruhi umat. Jika TBF mengetahui seorang rohaniwan melanggar sila pribadinya, namun tidak memengaruhi umat dan operasional tempat ibadah, maka TBF akan memberikan teguran dan bimbingan, berharap supaya ia dapat memperbaiki diri.
Menurut Dharmaraja, pendapat Acarya Lianseng sangat baik, Dharmaraja menambahkan, "Jika rohaniwan tersebut telah terbukti melanggar 14 Sila Dasar Tantra, maka semua mesti menghindarinya. Namun jika masih belum diketahui atau belum terbukti, maka boleh terus berpartisipasi dalam pujabakti."
Siswa bertanya:
Apakah saat menekuni Catur Prayoga kita boleh menggabungkan dengan ritus yang dibabarkan dalam buku Dharmaraja Liansheng yang ke-275 "Kiat Jalan Moksa"?
Dharmaraja menjawab:
Tentu saja boleh, sebab buku "Kiat Jalan Moksa" terutama mengupas makna bhavana. Ritus sadhana adalah lahiriah, ditambah dengan makna sejati atau intisari hati sejati, dengan demikian dapat kontak yoga dalam prayoga. Contohnya, saat menjapa Mantra Catur Sarana, mesti visualisasikan Guru, Buddha, Dharma, dan Sangha bersama memancarkan sinar pancawarna menerangi sadhaka, serta memanjatkan permohonan untuk menganugerahkan abhiseka amrta, sekujur tubuh rileks, batin terasa bersih dan ringan, inilah kiatnya. Pakai hati, jangan hanya melafalkannya dari mulut belaka, dengan demikian akan lebih cepat mencapai keberhasilan bhavana.
Siswa bertanya:
Dalam buku Mahaguru yang berjudul: "Chāoxiànxiàng de Piāofú", para Dewa Bumi lokal (Tudigong) hanya membaca "Huangting Waijing Yujing" , "Huangting Zhongjing Yujing", dan "Huangting Neijing Yujing" sebanyak 100 kali, roh asali mereka sudah menjadi transparan. Selain itu, dalam "Sutra Usnisavijaya" ada tertulis bahwa Dewa Susthita, dikarenakan berkah surgawinya sudah hampir habis, maka Sakyamuni Buddha mentransmisikan Usnisavijaya Dharani, kemudian Dewa Susthita menjapanya tujuh hari tujuh malam, dan berkah usia kedewataannya pun bertambah sampai tak terhitung banyaknya.
Apakah hasil penjapaan mantra para dewata lebih cepat daripada penjapaan di alam manusia? Banyak orang terus menjapa mantra dan mengamalkan ajaran Buddha, namun sepertinya nasib dan peruntungan masih belum berubah, sedangkan Dewa Susthita menjapa Usnisavijaya Dharani hanya tujuh hari tujuh malam dan berhasil menyingkirkan akibat karma buruk yang semula mengharuskan beliau terjerumus ke alam binatang, dan mengalami penderitaan hebat dan kemiskinan di alam manusia, selain itu, juga berhasil menambah usia berkah kedewataan sampai tak terhitung banyaknya.
Dharmaraja menjawab:
Menurut Ksitigarbha Sutra, setiap pikiran para insan tiada yang bukan karma. Oleh karena itu, kuantitas membina diri di alam manusia mesti jauh lebih banyak daripada alam surga. Sebab para dewata telah memiliki berkah kebajikan, selain itu, Dewa Bumi Lokal merupakan Dewata Berkah dan Moralitas. Berkah dari Dewa Susthita masih jauh lebih besar, oleh karena itu, bhavana yang dilakukan para dewata jauh lebih cepat menghasilkan kontak batin. Di alam manusia, selain berbhavana, juga terus berbuat karma buruk, sehingga daya pelatihan menjadi berkurang.
Siswa bertanya:
Dalam sila Tantra ada disebutkan tidak pernah meninggalkan vajra dan ghanta, apakah yang dimaksud adalah benda riil vajra dan ghanta, atau vajra dan ghanta secara visualisasi? Atau perpaduan dari karuna dan prajna yang dilambangkan melalui vajra dan ghanta?
Dharmaraja menjawab:
Sadhaka Tibet perlu terlebih dahulu menekuni Sutrayana, ditambah dengan Tantrayana, semua membutuhkan upaya selama 20 tahun. Biksulama selalu membawa vajra dan ghanta, tiap melakukan perjalan keluar pasti membawanya. Dharmaraja sendiri, di Taman Arama Nanshan, Taman Arama Zhenfo, dan Rainbow Vila, selalu menyediakan vajra dan ghanta. Makna dari tidak pernah meninggalkan vajra dan ghanta adalah di saat diperlukan selalu ada, jadi yang dimaksud adalah benda riil dari vajra dan ghanta.
Dahulu Guru Thubten Dhargye pernah memberitahukan bahwa orang Tibet menggunakan tali pancawarna untuk mengikat vajrakila di pinggang, sebagai alat pertahanan. Dengan demikian, makna dari tidak pernah meninggalkan vajra dan ghanta adalah di saat diperlukan selalu ada, sadhana menggunakan alat yang lengkap.
◎ Dharmaraja Melanjutkan Pengulasan Lamdre
Dharmaraja menjelaskan, Lamdre bagian ini mengulang kembali yang telah dibabarkan sebelumnya, Cairan Bulan Bodhicitta meninggalkan cakra ajna, mencapai cakra visuddha, memperoleh nanda; Dari cakra visuddha sampai pada cakra anahata memperoleh paramananda; Dari cakra anahata sampai cakra manipura memperoleh vikramananda; Dari cakra manipura sampai cakra svadhisthana memperoleh sahajananda. Caturnanda ini disebut juga empat jenis sukha. Makna bagian ini menjelaskan bahwa di saat memperoleh empat jenis sukha ini, masing-masing merepresentasikan tingkat spiritual yang dicapai.
Dharmaraja meringkas, "Di saat berpadu, air dan api dalam tubuh akan melebur, air turun, api lobha naik untuk mencairkan air, kemudian membersihkan nadi tengah, kemudian didistribusikan ke semua nadi, dan menghasilkan sinar terang. Singkat kata, setiap dari empat jenis sukha saat berpadu dapat mematahkan tingkatan Sravaka, Arhat, Pratyekabuddha, Bodhisattva, dan pada akhirnya mencapai Kebuddhaan.
Usai Dharmadesana, Dharmaraja menyapa semua siswa melalui Zoom, semua siswa yang berada di tempat jauh dapat merasakan kehangatan welas asih Guru. Dharmaraja menganugerahkan Abhiseka Sadhana Manohara Vasudhara kepada segenap siswa yang hadir. Dengan demikian upacara usai dengan sempurna.