2 Mei 2021 Upacara Agung Homa Ucchusma Vajra di Rainbow Temple
Tanggal 2 Mei 2021, sore hari yang cerah, angin bertiup sepoi, Dharmaraja Liansheng memimpin Upacara Homa Ucchusma Vajra (Huiji Jingang - 穢跡金剛) di Rainbow Temple (彩虹雷藏寺), upacara berjalan dengan sempurna, api homa berkorbar besar, menari-nari mengikuti irama suara mantra yang penuh energi, membakar semua kotoran internal dan eksternal, mengembalikannya pada sunya. Hawa elemen "Yang" yang kuat dari Ucchusma Vajra menambah vitalitas semua yang berpartisipasi dalam upacara homa kali ini.
Usai upacara, Dharmaraja memberitahukan bahwa Istadevata upacara minggu depan adalah Mahadewi Yaochi ( Yaochijinmu - 瑤池金母 ). Mahadewi Yaochi sangat agung, merupakan makhluk agung perintis Zhenfo Zong.
Membahas upacara homa minggu ini, Dharmaraja mengupas nidana Ucchusma Vajra. Saat Sakyamuni Buddha hendak Parinirvana, Brahma Sikhin justru bersenang-senang di surga, bahkan menciptakan banyak jebakan kotoran di luar istana surganya, banyak dewa yang telah berusaha untuk mengajaknya ke dunia saha, namun mereka semua gagal. Oleh karena itu, dari cakra anahata Sakyamuni Buddha menjelma Ucchusma Vajra yang disebut juga sebagai Vajra Pelahap, sebab dapat melahap semua kotoran, tidak gentar terhadap berbagai benda kotor, termasuk virus dan bakteri. Dharmaraja berharap supaya Ucchusma Vajra melahap semua virus pandemi, supaya dunia ini kembali tenteram dan umat manusia bisa menjalani kehidupan normal seperti sedia kala. Dharmaraja juga membabarkan gelar vajra, mudra, mantra, dan wujud dari Ucchusma Vajra.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab
Dharmaraja menjawab pertanyaan para siswa yang telah mengajukan pertanyaan secara daring melalui situs resmi Zhenfo Zong: TBSN.
Siswa dari Taiwan bertanya:
Jika seumur hidup menekuni pelafalan Nama Amitabha Buddha, maka kelak menjelang wafat akan dijemput oleh Amitabha Buddha untuk terlahir di Sukhavatiloka. Namun jika menekuni pelafalan semua Buddha yang namanya tertulis dalam Sutra Memuliakan Kebajikan para Buddha yang dibabarkan oleh Sang Buddha, apakah kelak jelang wafat para Buddha akan menjemput kita untuk terlahir di berbagai ksetraparisuddhi dari para Buddha tersebut? Atau lebih baik fokus tekuni pelafalan nama Amitabha Buddha supaya kelak terlahir di Sukhavatiloka, baru kemudian dapat leluasa berkunjung ke ksetraparisuddhi para Buddha trikala?
Dharmaraja menjawab bahwa beliau sendiri setiap saat senantiasa melafal "Namo Amituofo.", Dharmaraja juga memperagakan beberapa versi pelantunan yang berbeda untuk melantunkan nama Amitabha Buddha. Meskipun dalam banyak sutra memuat banyak nama Buddha, namun yang paling utama adalah Amitabha Buddha, sebab Sakyamuni Buddha telah membabarkan Sutra Amitabha yang dibabarkan oleh Sang Buddha. Dharmaraja mengutamakan pelatihan pelafalan nama Buddha dan visualisasi Buddha, fokus melafal nama Amitabha Buddha, jika ada waktu lebih bisa melafal nama Buddha yang lain. Amitabha Buddha adalah Istadevata Dharmaraja, selain itu, Padmakumara juga merupakan perwujudan dari Amitabha Buddha. Nama Buddha yang lain yang disebutkan dalam sutra boleh dilafalkan mengikuti jodoh masing-masing.
Pertanyaan dari siswa di Singapura:
Menurut Lamdre dan beberapa Dharmadesana Mahaguru, untuk bermeditasi memasuki Samadhi mesti melatih prana, nadi, dan bindu dengan baik. Apakah dengan demikian bagi sadhaka yang masih menekuni sadhana eksternal seperti: Catur Prayoga, Guruyoga, dan Istadevata, akan sangat sukar untuk berhasil memasuki samadhi untuk kontak yoga dengan Istadevata?
Ataukah, meditasi memasuki samadhi dalam sadhana eksternal berbeda level dengan samadhi abhiseka tingkat kedua? Selain itu, sebelum mencapai keberhasilan mahasukha abhiseka tingkat dua dan tingkat tiga, apakah sadhaka hanya bisa menggunakan sila untuk mengendalikan hasrat diri? Ataukah ada metode yang lain?
Dharmaraja menjelaskan, ada banyak macam memasuki samadhi, fokus adalah samadhi. Ekagrayoga, nisprapancayoga, ekarasayoga, dan abhavanayoga, semua adalah jenis-jenis dhyanasamadhi. Sebelum menekuni Sadhana Internal, sadhaka juga bisa memasuki samadhi. Ada banyak metode untuk memasuki samadhi, contohnya: anapanasmrti (hitung napas), metode samadhi ekagra, dan lain sebagainya. Sutrayana belum tentu melatih prana, nadi, dan bindu, atau menggunakan prana, nadi, dan bindu untuk memasuki samadhi. Ada berbagai macam metode dhyanasamadhi yang berbeda, levelnya juga berbeda.
Mengenai persoalan hasrat, sila adalah metode untuk mencegah perbuatan jahat dan berbuat kebajikan, pada masa awal Sangha tidak ada sila, sampai ketika terjadi setiap kesalahan, barulah muncul berbagai macam sila. Terlebih dahulu, sadhaka mesti mematuhi sila, namun bisa juga menggunakan metode lain seperti pengalihan pikiran, mengalihkan pikiran kepada hal lain, gunakan pikiran yang sejuk untuk mentransformasikan pikiran, pergilah menikmati pemandangan gunung, perairan, sungai, alam, bacalah buku para suciwan, atau melihat acara televisi yang menjunjung tinggi moralitas seperti "Geinidianshangxindeng" (給你點上心燈), pergilah berpartisipasi dalam pujabakti, upacara, dan mendengar Dharmadesana.
Pertanyaan siswa dari Kanada:
Pada saat berpartisipasi dalam Upacara Agung Raja Pundarika di Hong Kong, tanggal 13 Desember 2015, siswa mendengarkan suara "Shua" di angkasa, kemudian muncul wujud Sakyamuni Buddha sangat jelas di hadapan. Semenjak saat itu, tiap kali menjapa Mantra Hati Guru di hadapan altar mandala di rumah, memejamkan mata langsung melihat dari atas ke bawah, thangka dari Mahottara Heruka, Mahadewi Yaochi, Dharmaraja Liansheng, dan Dewa Bumi setempat, semua memancarkan sinar terang, di antara sinar thangka tersebut ada sinar yang berwarna biru. Akhir-akhir ini, saat melantunkan Mantra Hati Yeshe Tsogyal, sinar dari Dharmasana Beliau semakin terang, mohon petunjuk Mahaguru, apakah fenomena ini merupakan anubhava kontak batin?
Dharmaraja menjawab:
Siswa dibagi menjadi tiga macam: Akar baik, akar menengah, dan akar rendah. Siswa ini tergolong sebagai siswa akar baik, telah berbhavana sejak kehidupan lampau, mengalami banyak fenomena kontak batin, bisa menggunakan metode langsung. Akar menengah memerlukan bhavana bertahap, sedangkan akar rendah akan lebih lamban dalam bhavana. Tidak mengejar kesaktian adalah baik adanya, sebab adakalanya kesaktian justru bisa menyesatkan.
◎ Dharmaraja Melanjutkan Pengulasan Lamdre
Teks Lamdre: "Dan lagi, dengan jelas bervisualisasi diri sendiri menjadi Istadevata, Samaya Heruka berarti tidak tergoyahkan dalam sunya dan sukha. Sattva akarsana melebur dalam prajna, disebut sebagai Heruka Prajna, semua wujud Istadevata yang dilukiskan telah nampak, muncul dalam kondisi kebijaksanaan, disebut sebagai Heruka yang Dapat Mewujud, berdiri berdasar nama yang palsu, membangkitkan sunya dan sukha, disebut sebagai Heruka Nama Palsu, makna dari segala fenomena, membangkitkan sunya dan sukha, disebut sebagai Heruka Makna Kebijaksanaan, keseluruhan berjumlah 21."
Bagian dalam teks ini menjelaskan ada 11 Heruka, sukha adalah sunya, caturnanda juga merupakan catursunya, sebab tiada suatu kenikmatan apapun yang dapat digenggam, mulai dari nanda, paramananda, vikramananda, dan sahajananda, bertransformasi menjadi catursunya. Oleh karena itu tiada satu kenikmatan pun yang dapat digenggam. Sukacita, amarah, duka, dan kebahagiaan hanya sebatas raut wajah belaka, bersifat lahiriah. Saat memasuki Prajnasattva, menghasilkan Prajna Heruka.
Dengan demikian, adhisthana dan berdiam dalam diri, menikmati makna sukha, sangat mulia, singkat kata, merupakan 24 abhiseka sifat sejati nan mulia.
Pancajnana, abhiseka pancaskandha dan abhiseka Heruka, jumlahnya 24 abhiseka.
Dan lagi, Yogi yang memiliki anubhava ini, semua gerakan tangannya menjadi mudra, memperoleh abhiseka sifat sejati mudra, setiap langkahnya menjadi mandala, memperoleh abhiseka sifat sejati mandala, setiap ucapannya menjadi mantra, memperoleh abhiseka sifat sejati mantra, setiap pikirannya menjadi meditasi, memperoleh abhiseka sifat sejati meditasi.
Jika telah memiliki anubhava empat sifat sejati dan pencerahan, ia akan memperoleh abhiseka prajna dari kebijaksanaan. Singkat kata, melalui abhiseka ini dapat menjadi hetu tujuan pencapaian bhumi ke-11 dan bhumi ke-12, semua diketahui melalui perpaduan bagian ini."
Sifat sejati dari gerakan tangan (mudra), langkah (mandala), ucapan (mantra), dan pikiran (meditasi), dapat mencapai Bodhisattva bhumi ke-11 dan bhumi ke-12. Hidup ini juga penuh dengan mudra, banyak gerakan tangan yang sebenarnya merupakan mudra. Dharmaraja memperagakan mudra santika, paustika, vasikarana, dan abhicaruka, di akhir Dharmaraja menekankan, semua memiliki berkah, sebab semua yang dapat belajar Dharma Tantra Zhenfo adalah yang paling terberkahi.
Di akhir serangkaian kegiatan upacara, Dharmaraja kembali berjalan ke depan layar Zoom dan menyapa semua siswa, kalimat sapaan dalam berbagai bahasa terdengar dari layar, mengiringi rasa sukacita dan kerinduan. Upacara diakhiri dengan alunan mantra dan abhiseka Ucchusma Vajra, semua dipenuhi Dharmasukha tak terhingga.