30 Oktober 2021 Pujabakti Sadhana Yidam Padmakumara di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
#LiputanTBSSeattleLingShenChingTzeTemple
Pemandangan musim gugur di Seattle semakin meriah dengan aneka warna, daun maple berwarna merah terhampar di tanah, pepohonan dipenuhi dedaunan berwarna kuning keemasan, udara senja hari semakin sejuk, meski malam musim gugur terasa dingin, tetap saja tidak bisa merintangi kehangatan cahaya lampu bhaktisala vihara cikal bakal.
Karena akhir-akhir ini aturan cegah wabah semakin longgar, akhirnya kerinduan siswa kepada Mahaguru dapat terpenuhi, bisa secara langsung berjumpa dengan paras welas asih Buddha Guru, sehingga malam hari ini suasana vihara cikal bakal lebih ramai dan hangat, ada umat yang datang dari Indonesia, New York, San Fransisco dan California, semua hadir turut mendukung pujabakti yang dipimpin oleh Mahaguru.
Yidam pujabakti malam hari ini adalah Padmakumara (Lianhuatongzi-蓮花童子), usai pujabakti yang berjalan dengan khidmat, pemandu puja mempersilakan umat yang baru pertama kali hadir maupun yang sudah lama tidak hadir pujabakti untuk memperkenalkan diri, beberapa umat dengan penuh sukacita bergantian untuk memperkenalkan diri, semua merasa Dharmayatra kali ini bagaikan pulang ke rumah keluarga Vajra. Pada permulaan Dharmadesana, Mahaguru membuka dengan menggunakan cerita humor, kemudian tiba sesi yang paling dinantikan oleh semua, yaitu:
◎ Anda Bertanya Saya Menjawab – Interaksi Adalah kekuatan.
Siswa bertanya:
Ada umat yang memberi tahu saya, jika saya melakukan pelanggaran yang sangat berat, seperti merusak sila samaya, saya bisa menerima Abhiseka Sarana ulang. Setelah bersarana ulang, apakah semua abhiseka yang pernah saya terima sebelumnya menjadi nol, dan Sadhana Catur Prayoga yang dulu sudah rampung harus diulang dari awal, benarkah demikian?
Terlebih dahulu, Mahaguru mohon petunjuk Mahadewi Yaochi, kemudian mohon petunjuk Buddha Sakyamuni, jawaban keduanya berbeda. Mahaguru paham maksud dari jawaban Mahadewi Yaochi dan Buddha Sakyamuni. Mahaguru menjelaskan, setelah bersarana ulang, boleh diulang semuanya, dengan kata lain, memohon lagi semua abhiseka yang pernah diterima. Atau, setelah bersarana ulang, merasa sarana diri sendiri masih ada, Sadhana Catur Prayoga yang dulu telah rampung juga masih tetap masuk hitungan, dianggap demikian juga boleh. Artinya, diri sendiri yang memutuskan, keduanya benar. Mahadewi Yaochi mengatakan mesti kembali mengulang semua, sedangkan Buddha Sakyamuni mengatakan tidak perlu diulang, pendapatnya berbeda, Mahaguru mengambil jalan tengah, apa yang dikatakan oleh Buddha Sakyamuni benar adanya, demikian pula dengan yang dikatakan oleh Mahadewi Yaochi, keputusan sepenuhnya ada di tangan Anda.
Siswa bertanya:
Mohon Buddha Guru berwelas asih membabarkan cara berbhavana merealisasi anatman. Setelah siswa Zhenfo memahami anatman, bagaimana cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari nol, terus melangkah sampai merealisasi anatman? Kala angin menerpa dari delapan penjuru, bagaimana seharusnya sikap batin kita dalam mengatasinya?
Mahaguru menggunakan empat gatha utama dalam Sutra Vajra, tiada gagasan akan diri, tiada pribadi, tiada makhluk hidup, dan tiada jangka kehidupan, Mahaguru menekankan ini sangat penting. Pada umumnya sangat sukar untuk merealisasi anatman, sebagian besar insan melekati ego, ada diri, ada Anda, ada dia.
"Setelah memahami anatman, bagaimana cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari nol, terus melangkah sampai merealisasi anatman? Kala angin menerpa dari delapan penjuru, bagaimana seharusnya sikap batin kita dalam mengatasinya?" Tidak perlu diatasi! Mengatasinya berarti masih ada ego, ada aku dan ada dia sehingga perlu untuk mengatasinya. Anatman menganggap diri telah mati! Anda sudah mati, apakah masih ada ego? Saat angin berembus dari delapan penjuru, apakah orang mati masih akan bangkit untuk melawan? Saat orang memuji Anda, Anda sudah mati, apakah Anda masih merasa girang? Saat orang menghujat Anda, apakah hati Anda masih goyah? Masih ingin melawan? Senantiasa mengingat mati, menghadapi persoalan apa pun, pikirkan bahwa diri ini sudah mati, untuk apa memikirkan banyak hal itu? Anatman sudah dekat dengan marga, bagi sadhaka tidak ada lagi istilah emosi, marah menandakan masih ada ego. Orang melontarkan sepatah kata, Anda langsung terbakar amarah, itu artinya masih awam, mesti tekun merenungkan diri ini sudah mati, tapi bukan berarti mati adalah tidak bekerja dan bermalasan, tidak boleh! Belajar Buddha harus tekun! Masih perlu tekun berbhavana, tekun menghormati orang lain, terus berderma, melakukan kebajikan. Kita sadhaka mesti berbhavana sampai kondisi tak goyah, orang mati tidak lagi bergerak, tiada lagi hati, masih memerlukan sikap hati apa lagi untuk mengatasinya? Tidak perlu diatasi.
◎ Mahaguru Mengulas Sutra Vajra
Bagian 10, Memperagung Tanah Buddha
Buddha bertanya pada Subhuti, "Di masa lampau sewaktu Tathagata berlatih di bawah bimbingan Buddha Dipankara, apakah Ia memperoleh sesuatu?"
Subhuti menjawab, "Tidak, Bhagavan. Di masa lampau sewaktu Tathagata berlatih di bawah bimbingan Buddha Dipankara, sesungguhnya tidak memperoleh suatu Dharma apa pun."
"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Apakah seorang Bodhisattva memperagung Tanah Buddha?"
"Tidak, Bhagavan. Mengapa? Memperagung Tanah Buddha bukanlah memperagung Tanah Buddha. Itulah sebabnya, kenapa disebut memperagung Tanah Buddha."
Buddha bersabda, "Oleh karena itu, Subhuti! Segenap Bodhisattva Mahasattva hendaknya membangkitkan niat yang murni dan tulus dengan semangat ini. Sewaktu mereka membangkitkan niat tersebut, mereka hendaknya tidak bergantung pada wujud, suara, bebauan, cita-rasa, objek-objek sentuhan, atau objek-objek pikiran. Mereka hendaknya membangkitkan niat dengan pikiran mereka yang tidak berdiam di mana pun juga."
"Subhuti, jika ada orang yang tubuhnya sebesar Gunung Sumeru, apakah engkau akan mengatakan tubuhnya besar?"
Subhuti menjawab, "Ya, Bhagavan, sangat besar. Mengapa? Apa yang Tathagata katakan bukan tubuh, itulah yang dinamakan sebagai tubuh yang besar."
Pengulasan:
Apa itu alam suci? Sukhavatiloka adalah alam suci, sebenarnya alam suci sangat banyak, Bodhisattva Ksitigarbha mempunyai alam suci Cuiwei, Bodhisattva Avalokitesvara mempunyai alam suci Penembusan Universal Sempurna, Buddha Bhaisajyaguru Vaiduryaprabha Raja mempunyai alam suci Vaidurya. Alam suci adalah kediaman para Arya, merupakan tempat di mana para Arya menetap, merupakan tempat yang sepenuhnya suci, tidak ada penderitaan, hanya ada kebahagiaan. Buddha Dharmakaya, Buddha Sambhogayaka, dan Buddha Nirmanakaya, semua ada di sana.
Di Sukhavatiloka ada Alam Suci Kediaman Bersama, terutama adalah terlahir di sana dengan masih membawa karmavarana, terlebih dahulu terlahir di sana untuk hidup bersama para Arya, menerima pengaruh dari para Arya, sehingga Anda juga akan menjadi seorang Arya. Alam Suci Kedamaian Abadi merupakan kediaman Buddha Dharmakaya, Alam Suci Keagungan Sambhogakaya merupakan kediaman Buddha Sambhogakaya, Alam Suci Upaya Bersisa merupakan kediaman Buddha Nirmanakaya. Buddha Dharmakaya, Buddha Sambhogakaya, dan Buddha Nirmanakaya semua ada di alam suci. Apa yang disebut dengan keagungan? Kesucian adalah keagungan.
Di kehidupan lampau, ketika Buddha Sakyamuni terlahir sebagai Kumara Sumati, beliau membawa bunga teratai pemberian dari (kehidupan lampau) Yasodhara untuk dipersembahkan kepada Buddha Dipankara, apakah beliau memperoleh sesuatu dari Buddha Dipankara?
Subhuti menjawab: "Tidak, Bhagavan. Di masa lampau sewaktu Tathagata berlatih di bawah bimbingan Buddha Dipankara, sesungguhnya tidak memperoleh suatu Dharma apa pun." Dengan kata lain, apa yang dipelajari oleh Buddha Sakyamuni (Kumara Sumati) dari Buddha Dipankara? Sesungguhnya tidak belajar suatu apa pun.
Setelah masa Patriark ke-6, untuk memutuskan apakah seseorang telah tercerahkan, digunakan Sutra Vajra, yang sesuai dengan makna Sutra Vajra disebut telah mencapai pencerahan. Yang tidak sesuai dengan makna sejati Sutra Vajra, berarti belum pencerahan. Kenapa Buddha Sakyamuni mengatakan tidak memperoleh suatu apa pun? Apa yang benar-benar diperoleh? Tiada suatu yang diperoleh. Dahulu saat Buddha Sakyamuni mencapai pencerahan, Beliau bersabda, "Semua makhluk memiliki Buddhata." Buddhata ada pada diri Anda, tidak perlu dikejar. Hanya menggunakan satu jari untuk menunjuk bulan, Anda melihat bulan itu, berarti Anda melihat Buddhata Anda, apa yang Anda peroleh? Tidak ada, ini disebut tiada yang diperoleh. "Angin menerpa dari delapan penjuru" ini adalah proses bhavana, yang terpenting adalah Anda bisa berbhavana sampai kondisi Anutpattikadharmaksanti, angin bertiup dari delapan arah sama sekali tidak menggoyahkan Anda.
Buddhadharma yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni sarat akan kebijaksanaan, semua adalah kebijaksanaan Buddha yang tertinggi! Sutra Vajra adalah kebijaksanaan Tathagata yang tertinggi, tidak bisa dipahami oleh manusia awam. Sutra Vajra merupakan ikhtisar dari Sutra Mahaprajnaparamita, sedangkan Sutra Hati merupakan ikhtisar dari Sutra Vajra. Semua esensi ada dalam Sutra Vajra dan Sutra Hati. Sutra Mahaprajnaparamita adalah kebijaksanaan Tathagata, jika seseorang benar-benar mencapai pencerahan, membaca Sutra apa pun langsung bisa memahaminya, tapi jika belum pencerahan, setiap Sutra adalah rintangan. Patriark ke-6 Huineng mendengar satu bait: "Hendaknya membangkitkan niat dengan pikiran yang tidak berdiam di mana pun juga." Beliau langsung tercerahkan. Anda sendiri sudah punya, sudah pasti bukan didapatkan dari luar, oleh karena itu disebut tiada yang diperoleh.
Usai pengulasan Sutra Vajra yang menarik dan mendalam, Dharmaraja Liansheng berwelas asih menganugerahkan Abhiseka Sarana kepada siswa baru, kemudian mengadhisthana Air Maha Karuna Dharani dan menginisiasi rupang Buddha, serta menggunakan vyajana camara untuk memberikan adhisthana jamah kepala kepada semua yang hadir. Melangkah keluar dari pintu vihara, bermandi cahaya bulan yang cemerlang, hati dipenuhi aliran rasa Dharma. Pengulasan Sutra Vajra yang sangat istimewa, berkat kebijaksanaan Buddha Mahaguru, kebenaran sejati di dalamnya diulas secara menyeluruh, membuat kita semua dapat mendalami dan memahaminya, serta memperoleh manfaat yang tak terhingga.
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#Padmakumara
Yidam pujabakti minggu depan adalah #BuddhaBhaisajyaguru
#SutraVajra
----------------------------------------
Artikel lengkap Dharmadesana dapat disimak melalui situs True Buddha News (Bahasa Mandarin):
www.tbsva.org/tbnw/epaper_detail1915.htm
Marilah kita saksikan berbagai ceramah Dharma berharga yang disampaikan oleh Dharmaraja Liansheng di kanal YouTube:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia