19 Maret 2022 Pujabakti Sadhana Yidam Bodhisatwa Avalokitesvara di Seattle Ling Shen Ching Tze Templ

19 Maret 2022 Pujabakti Sadhana Yidam Bodhisatwa Avalokitesvara di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple

#LiputanTBSSeattleLingShenChingTzeTemple

Dalam rintik hujan, Seattle menyambut iklim ekuinoks musim semi, suasana malam hari Sabtu di Ling Shen Ching Tze Temple ramai namun hangat. Segenap umat khidmat beranjali, mengikuti Dharmaraja Liansheng bernamaskara kepada mandala, memasuki pujabakti. Usai pujabakti, semua mendengar Dharmadesana dengan penuh konsentrasi.

Dharmaraja Liansheng mengungkapkan bahwa dalam Tantra, Bodhisatwa Avalokitesvara disebut sebagai Yidam Putih, pada umumnya, warna putih merepresentasikan santika (tolak bala), tapi dalam Tantra, sebenarnya Bodhisatwa Avalokitesvara tidak hanya berwarna putih, ada juga Avalokitesvara Rakta, yaitu Avalokitesvara yang berwarna merah. Oleh karena itu, Bodhisatwa Avalokitesvara tidak selalu harus mengenakan jubah putih, tidak harus putih, tapi keutamaan Beliau memang santika. Bodhisatwa Avalokiteswara Mahamaitri dan Mahakaruna, rela berkorban demi menyelamatkan semua makhluk, memiliki pandangan kesetaraan, mengulurkan pertolongan tanpa diskriminasi.

◎  Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab

 Siswa bertanya:
Dalam buku "Ribuan Bahtera Dharma", artikel berjudul "Pelimpahan Jasa", tertulis mengenai banyak siswa yang memberikan persembahan kepada Mahaguru Lu. Pada setengah bagian awal Dewa Vajra menyebutkan pelimpahan jasa yang dianugerahkan oleh Mahaguru Lu untuk siswa yang memiliki niat mulia, sampai pada kisah Sdri. Hanifa, Mahaguru Lu menulis: "Saya bersadhana dan melimpahkan jasa: Semoga pahala persembahan ini, dilimpahkan kepada Surga Pahala. Pada kelahirannya, semoga sandang dan pangan melimpah, selamanya bisa berjodoh bersama dengan Kalyana Mitra, dan mencapai tingkat anasrava." Mohon Mahaguru Lu berkenan mengupas makna dari pelimpahan jasa tersebut? Kenapa Mahaguru Lu melimpahkan jasa kepada Surga Pahala?

Mahaguru Lu menjawab:
Pelimpahan jasa dilakukan setelah Anda melakukan perbuatan berpahala, untuk memusatkan pada hal yang dimohonkan. Seperti, kita sering mengucapkan:

Semoga sesama rekan yang melafal nama Buddha
Bersama-sama terlahir di Sukhavatiloka
Ke atas membalas empat budi besar
Ke bawah menolong makhluk tiga alam samsara
Menyaksikan Buddha menuntaskan samsara
Ikuti jejak Buddha menyeberangkan segenap insan

Buddha Sakyamuni pernah membabarkan perihal Surga Sri, Surga Sri adalah Surga Pahala. Jika dewa dan dewi dari Surga Sri terlahir kembali ke dunia saha, ia akan hidup berkelimpahan, sandang dan pangan sesuai harapan dan melimpah. Mereka juga tahu belajar Buddha, bisa berjodoh berkawan dengan kalyana mitra, dan pada akhirnya dapat mencapai tingkatan anasrava.

Tubuh anasrava, batin anasrava, ini adalah asravaksayajnanam. Di antara enam abhijna, asravaksayajnanam ini paling agung. Pada umumnya, dewa, dewi, dan resi punya lima abhijna, antara lain: mata dewa, telinga dewa, kemampuan mengetahui batin makhluk lain, kaki dewa, kemampuan mengetahui kehidupan lampau, tapi tidak punya asravaksayajnanam. Sedangkan empat tingkat kesucian, antara lain: Buddha, Bodhisatwa, Pratyeka, dan Sravaka, semua telah memiliki asravaksayajnanam, ada pada tingkatan anasrava. Asravaksayajnanam, tingkat anasrava, maksudnya adalah sudah bersih dari semua karmavarana, telah suci, tidak ada benih kelahiran kembali, tidak ada benih kematian, telah mencapai empat tingkat kesucian.

Melimpahkan jasa kepada Surga Pahala adalah karena surga tersebut memiliki kemampuan ini. Saat Ia menitis ke dunia fana, sandang dan pangan melimpah, bisa menjadi kawan Kalyana Mitra, dalam bhavana bisa mencapai tingkat anasrava, yaitu asravaksayajnanam. Pelimpahan jasa ini mencakup semua, mulai dari utpattikrama (tahap pembangkitan) sampai sampannakrama (tahap sempurna), semua sempurna. Pelimpahan jasa yang saya anugerahkan kepada Sdri. Hanifa adalah supaya beliau mempunyai semua. Pelimpahan jasa kepada Surga Pahala adalah pelimpahan jasa yang paling sempurna.

◎ Dharmaraja Liansheng Mengulas Sutra Vajra

Teks Sutra:
Bagian 21, Pembabaran Bukan Pembabaran
"Subhuti, janganlah mengatakan bahwa Tathagata membentuk gagasan dalam pikiran bahwa ‘Aku akan membabarkan Dharma.’ Janganlah berkesimpulan demikian. Mengapa? Jika seseorang mengatakan bahwa Tathagata memiliki sesuatu untuk dibabarkan, berarti orang itu telah menghujat Buddha, ia tidak bisa memahami apa yang Kukatakan. Subhuti, orang yang membabarkan Dharma, sesungguhnya tiada Dharma yang bisa dibabarkan, sehingga disebut membabarkan Dharma."

Pengulasan Dharmaraja Liansheng:
Dharma tidak bisa dibabarkan, berarti bukan pembabaran. Yang dibabarkan bukan Dharma, semua yang bisa dibabarkan bukanlah Dharma, sebab Dharma tidak bisa dibabarkan. Bagian ini sangat penting, karena mengungkapkan kebenaran utama. Buddha mengatakan, Subhuti! Jangan berpikir bahwa Tathagata membabarkan Dharma. Mengapa? Jika ada orang mengatakan bahwa Tathagata membabarkan Dharma, berarti ia menghujat Buddha, dan orang itu tidak bisa memahami apa yang telah Aku babarkan. Subhuti! Orang yang membabarkan Dharma, sesungguhnya tiada Dharma yang bisa dibabarkan, sehingga disebut membabarkan Dharma.

Dharmaraja Liansheng mengungkapkan esensinya: Di sini yang dibahas adalah "Tiada atribut diri, tiada atribut pribadi, tiada atribut makhluk hidup, dan tiada atribut jangka waktu kehidupan." Saya sering menggunakan perumpamaan bulan, di bulan tidak ada manusia, tidak ada orang yang membabarkan Dharma, tidak ada orang yang mendengar Dharma, juga tidak ada Dharma yang bisa dibabarkan. Namun sekarang kita ada di bumi, di bumi ada manusia, persamuhan Grdhrakuta Buddha Sakyamuni, Beliau menyatakan bahwa Beliau tidak membabarkan Dharma, apa maksudnya? Yang dimaksud sebagai Dharma adalah Buddhata! Buddhata yang sesungguhnya tidak terperikan. Semua yang bisa dibabarkan bukanlah Dharma, yang bisa diungkapkan bukanlah Buddhata, sebab Buddhata tidak terperikan, Buddhata tidak terucapkan.

Buddha bersabda, jika Anda mengatakan bahwa Buddha membabarkan Dharma, berarti Anda menghujat Buddha, berarti sama sekali tidak memahami, sebab Buddhata tidak terperikan. Di sini dikatakan, "Orang yang membabarkan Dharma, sesungguhnya tiada Dharma yang bisa dibabarkan." Orang yang membabarkan Dharma, Buddhata sungguh tidak terperikan, sebab Buddhata tidak terungkapkan, barulah saat itu disebut membabarkan Dharma. Anda tidak bisa mengungkapkannya, tidak bisa mengucapkannya, yang demikian barulah membabarkan Dharma. Jika tidak bisa memahami, orang yang belum mencerahi hati dan belum melihat Buddhata membaca Sutra Vajra, ia tidak akan bisa memahami makna utama Tathagata. Buddhata adalah mutlak, tidak terperikan, ini adalah kebenaran utama.

Teks Sutra:
Saat itu, Prajnajiva Subhuti berkata pada Buddha, "Begawan, di masa mendatang, akankah ada makhluk hidup yang menaruh keyakinan sepenuhnya sewaktu mendengarkan Dharma ini?"
Buddha berkata, "Subhuti, Makhluk-makhluk tersebut bukanlah makhluk-makhluk hidup. Mengapa demikian? Subhuti, makhluk hidup tersebut, Tathagata menyebutnya bukan makhluk hidup, sehingga disebut makhluk hidup."

Dharmaraja Liansheng melanjutkan pengulasan:
Saat itu, Subhuti bertanya kepada Buddha Sakyamuni, Begawan, di masa mendatang jika sangat banyak makhluk hidup mendengarkan Dharma yang Engkau sabdakan ini, apakah mereka bisa meyakininya? Buddha Sakyamuni menjawab: "Subhuti, mereka bukan makhluk hidup. Kenapa bukan makhluk hidup? Mereka bukan makhluk hidup, dan karena bukan makhluk hidup, sehingga disebut makhluk hidup." Sebenarnya Buddha Sakyamuni mengatakan, Subhuti, mereka bukan makhluk hidup, melainkan Buddhata. Dalam pandangan mata-Ku, semua makhluk adalah Buddhata. Mengapa? Subhuti, dengarkanlah baik-baik, segenap makhluk hidup, Tathagata mengatakan bukan makhluk hidup, melainkan Buddhata, tapi karena makhluk hidup ini belum memahami hati dan belum menyaksikan Buddhata, tidak bisa melihat Buddhata, sehingga mereka semua menyebut dirinya sebagai makhluk hidup, mengira diri sendiri adalah makhluk hidup."

Dharmaraja Liansheng melanjutkan, "Prajnajiva Subhuti" ada dua kata prajna dan jiva, Buddha memuji Subhuti. Prajna adalah sifat sunyata, jiva adalah tubuh. Prajnajiva Subhuti berarti selain memiliki tubuh, Beliau juga punya kebijaksanaan Tathagata, bukan kebijaksanaan biasa.

Dalam Kitab Lima Pelita (Wudenghuiyuan-五燈會元), saat Buddha Sakyamuni akan parinirvana, Bodhisatwa Manjusri hadir dan berkata kepada Buddha: "Mohon Buddha menetap di dunia, mohon memutar Dharmacakra." Buddha Sakyamuni balik bertanya kepada Bodhisatwa Manjusri, apakah Aku memutar Dharmacakra? Begitu Bodhisatwa Manjusri mendengarnya, Beliau langsung memahami maksud Buddha, tidak mengatakan apa pun, dan langsung pergi.
Ucapan Buddha yang paling penting: "Apakah Saya membabarkan Dharma? Apakah saya memutar Dharmacakra?" Apakah saya membabarkan Dharma? Buddha tidak membabarkan Dharma, sebab semua makhluk adalah Buddhata. Namun mengapa ada makhluk hidup? Karena mereka belum memahami Buddhata diri sendiri, belum memahami hati dan belum melihat Buddhata, sehingga mereka adalah makhluk hidup. Jika telah memahami hati dan melihat Buddhata, Anda telah memahami Buddhata diri, Anda sudah merupakan Buddhata, Dharma apa lagi yang dibabarkan oleh Buddha? Tidak perlu. Dharma yang dibabarkan juga bukan Dharma, sebab Dharma menunjuk pada Buddhata, Buddhata tak terperikan, inilah makna bagian ini.

Dalam Tantra ada utpattikrama dan sampannakrama. Dalam Sutra Vajra yang dibabarkan oleh Buddha, semua adalah sampannakrama, tidak ada utpattikrama. Namun, apakah utpattikrama penting? Sesungguhnya juga penting. Madhyamaka adalah utpattikrama dan sampannakrama, utpattikrama adalah sampannakrama, sampannakrama adalah utpattikrama, saya babarkan lebih jelas, semua makhluk adalah Buddha, Buddha adalah semua makhluk. Sutra Vajra mengupas sunya, tapi sunya adalah keberadaan, dan keberadaan adalah sunya. Dunia materi adalah dunia spiritual, dunia spiritual adalah dunia materi. Inilah yang disebutkan dalam Sutra Hati sebagai rupa adalah sunya, sunya adalah rupa, rupa tiada berbeda dari sunya, dan sunya tiada berbeda dari rupa.

Sesungguhnya utpattikrama penting, sebab setelah Anda berhasil menyempurnakan utpattikrama, berarti itulah sampannakrama. Jika tidak menekuni utpattikrama, bagaimana mungkin Anda bisa sempurna? Jika Anda sepenuhnya melekat pada sunya, terlalu menggandrungi sunya, akibatnya menjadi kehampaan, dalam kehampaan Anda mengira tidak ada hukum karma, sehingga Anda akan kacau.

Pengulasan Sutra Vajra yang dibawakan dengan sangat detail, namun lugas, bahkan dengan menyenangkan, membuat kita semua mencerahi kiat utama ajaran Buddha. Semua terus memperoleh pencerahan baru akan esensi Dharma dalam Sutra Vajra, meningkatkan pemahaman kita terhadap Buddhadharma. Arus Dharma dari Dharmadesana Mahaguru Lu terus mengabhiseka batin kita, dengan penuh rasa syukur, semua menapaki jalan pulang, dengan demikian pujabakti telah sempurna dan manggala.

Alamat Tbboyeh: 
https://www.tbboyeh.org

Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng

TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia

TBSNTV bahasa Mandarin:
https://www.youtube.com/c/真佛宗網路電視台tbsnTV

#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BodhisatwaAvalokitesvara

Yidam pujabakti minggu depan adalah #BodhisatwaKsitigarbha
#SutraVajra

Artikel Dharmadesana lengkap (Bahasa Mandarin) bisa disimak melalui tautan berikut:
https://tbnewshq.org/epaper_detail2145.htm

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。