15 Mei 2022 Upacara Homa Dewi Mahasri di Rainbow Temple
#LiputanTBSN
Pada tanggal 15 Mei 2022, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi-彩虹雷藏寺) Seatte Amerika Serikat dengan tulus mengundang Dharmaraja Liansheng untuk memimpin Upacara Agung Homa Dewi Mahasri (Dajixiang Tiannv-大吉祥天女). Setelah upacara, terlebih dahulu Dharmaraja Liansheng memberitahukan bahwa dalam Zhenfo Zong sangat jarang menjadikan Dewi Mahasri sebagai Yidam Homa, Homa Dewi Mahasri yang terakhir kali dipimpin oleh Dharmaraja Liansheng adalah pada tahun 2019. Dalam Tantra Tibet, Dewi Mahasri adalah Dharmapala, sangat termasyhur. Dalam Tantra Timur, Dewi Mahasri merupakan Dewi yang menganugerahkan rezeki dan kemakmuran, sehingga tangan Beliau membawa cintamani, dan tangan satunya membentuk mudra varada (memberi anugerah).
Dharmaraja Liansheng mengungkapkan, ayah dari Dewi Mahasri adalah Raja Naga Taksaka, dan ibunya adalah Hariti yang disebut juga sebagai Ibu Makhluk Halus, tempat kediaman Beliau adalah di lereng gunung Sumeru sebelah utara, ada di lokasi yang sama dengan Istana Dewa Raja Vaisravana, ada juga yang mengatakan bahwa Dewi Mahasri adalah adik dari Dewa Raja Vaisravana. Dewi Mahasri disebut juga Dewi Jasa Kebajikan, banyak orang menyemayamkan Dewi Mahasri demi memperoleh kemanjuran dalam meramal, Dewi ini juga berfungsi sebagai pelindung.
Dharmaraja Liansheng pernah mentransmisikan Sadhana Perlindungan Simpul Tali Dewi Mahasri, gunakan benang pancawarna dan merapal Mantra Dewi Mahasri, buat 12 simpul, kemudian ikat benang pancawarna pada pinggang, ini digunakan sebagai pelindung. Dalam Sutra Suvarnaprabhasa ada varga mengenai Dewi Mahasri, di dalamnya dikenalkan Dewi Mahasri. Selain itu, dalam Sutra Suvarnaprabhasottamaraja juga tertulis varga Dewi Mahasri. Dalam Sutra 12 Nama Dewi Mahasri yang Dibabarkan oleh Buddha dan Sutra 108 Nama Dewi Mahasri memuat 12 nama agung dari Dewi Mahasri. Dharmaraja Liansheng juga pernah melukis 12 Dewi Sri Laksmi, kemudian dianugerahkan kepada True Buddha Foundation untuk penggalangan dana. (Pada layar di lokasi upacara ditayangkan lukisan 12 Dewi Sri Laksmi karya Dharmaraja Liansheng, setiap Dewi dilukis dengan sangat anggun.)
Dharmaraja Liansheng memperkenalkan, “Tangan kiri Dewi Mahasri membawa cintamani, tangan kanan membentuk mudra varada atau mudra memberi anugerah, Beliau memiliki nidana yang sangat erat dengan Bodhisatwa Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra. Dalam Garbhadhatu Mandala, Dewi Mahasri berdiri di samping Bodhisatwa Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra. Menurut sepengetahuan saya, dalam agama Hindu, Dewi Sri Laksmi memiliki kedudukan yang setara dengan Dewi Sarasvati. Di bawah Trimurti agama Hindu, ada Dewi Sri Laksmi, Dewi Sarasvati, Dewi Kali, Dewa Ganesha dan lain-lain. Di Jepang, Dewa Ganesha disebut Maha Arya Nandikesvara. Dalam agama Hindu, Dewi Sri Laksmi dan Dewi Sarasvati merupakan Dewi yang sangat termasyhur dan dijunjung tinggi. Pada masa Buddha, Dewi Sarasvati adalah Dewi Sungai Gangga. Dalam Sutra 12 Nama Dewi Mahasri, disebutkan 12 nama antara lain: Mangalya, Sri, Padma Vibhusita, Dhanavati, Sveta, Mahayasa, Padmaksi, Mahaprabha, Annapanada, Panada, Ratnaprabha, dan Mahasri.
Dewi Mahasri dalam Tantra Tibet berwujud krodha, di depan dada ada kalung tempurung kepala, tangan memegang tongkat kuasa, bisa membantu menang dalam perang. Dalam Tantra Timur, Dewa Mahakala sangat imut-imut, merupakan salah satu dari Tujuh Dewa Berkah. Dalam Tantra Tibet, Dewa Mahakala berwujud krodha, kedua wujud sangat jauh berbeda. Dalam Tantra Timur, Dewi Mahasri merupakan Dewi yang menganugerahkan berkah, memiliki harta yang sangat banyak, Beliau adalah adik dari Dewa Vaisravana.
Menurut Dharmaraja Liansheng, penggambaran krodha dari Dewi Mahasri versi Tantra Tibet ada hubungannya dengan Hariti, ibu dari Dewi Mahasri, Hariti adalah Dewi yang sangat menyeramkan, sehingga putri-Nya juga berwujud krodha. Dalam Tantra, Dewi Mahasri dan Dewi Sarasvati senantiasa merupakan pendamping bagi sadhaka, dapat membuat sadhaka mencapai keberhasilan agung. Mudra Dewi Mahasri adalah Mudra Padma, hanya saja jari manis sedikit bengkok ke dalam, Mahasriya adalah nama Beliau, Maha adalah agung, Sriya adalah kemujuran.
Dharmaraja Liansheng memberitahukan, minggu depan adalah Upacara Homa Jambhala Merah. Jambhala Merah adalah putra dari Dewa Syiwa, juga merupakan Dewa Rezeki, dalam agama Hindu sangat termasyhur, bisa menjadi Dharmapala. Dalam Zhenfo Zong ada banyak umat yang memperoleh kontak batin berkat Sadhana Jambhala Merah, sehingga banyak tempat ibadah Zhenfo Zong yang menjadikan Beliau sebagai Dewa Rezeki utama.
Dharmaraja Liansheng mengungkapkan, baru-baru ini, ketika menyemayamkan thangka Vajra Kalacakra, Vajra Kalacakra memberi petunjuk: “Nasihati segenap siswa, jangan menimbun harta, setelah harta ditimbun, jika bukan dicuri, maka dirampok, jika tidak, bisa memancing banyak kesialan.” Dharmaraja melanjutkan, “Namun, semua orang cinta uang, tidak ada yang tidak cinta. Maksud dari Vajra Kalacakra adalah, ‘Anda boleh saja cinta uang, tapi mesti diperoleh dengan cara halal, mesti tahu cukup, dan mesti banyak berderma.’ Ini adalah petunjuk dari Vajra Kalacakra, sebab menimbun harta terlalu banyak bisa menjadi akar dari bencana.” Dharmaraja Liansheng juga berbagi peristiwa yang menarik, dulu di rumah sering muncul suara aneh, semenjak memasang thangka Vajra Kalacakra, semua makhluk halus di rumah langsung tenang tidak bersuara dan sembunyi, semua menjadi hening.
Dharmaraja Liansheng juga memberikan pengumuman sukacita, minggu depan mulai mengulas Sutra Vimalakirti, semua umat yang mendegar bertepuk tangan penuh sukacita.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa dari Malaysia bertanya: Dalam sejarah Tantra ada tertulis bahwa asalkan sepenuh hati mengabdi kepada Mulacarya pasti bisa mencapai keberhasilan tanpa bersadhana, sebab pengabdian adalah persembahan bagi Guru, menghasilkan pahala yang sangat besar. Namun, sepertinya tidak semua orang bisa mencapai keberhasilan tersebut, contohnya Arya Ananda, saat itu Beliau belum mencapai kesucian, sebagai abdi nomor satu dari Buddha, pada akhirnya Beliau tetap harus mengandalkan ketekunan diri sendiri baru bisa mencapai keberhasilan Arhat.
Dalam Zhenfo Zong saya mendengar beberapa orang mengatakan: “Cukup menyibukkan diri dalam Dharmabakti, tidak perlu terlalu tekun mempelajari Sutra dan pustaka Dharma, tidak perlu membuang banyak waktu untuk sadhana, yang penting bersumbangsih kepada sekte, sepenuh hati mengabdi, dengan demikian bisa mencapai keberhasilan walau tanpa bersadhana.” Mohon petunjuk Mahaguru Lu, bagaimana cara menyeimbangkan antara pengabdian dengan sadhana pribadi? Menurut siswa, kecuali bisa sempurna dalam Caturapramanacitta, melakukannya tanpa penyesalan, jika tidak semua pahala menjadi pahala yang tiris, hanya membuahkan berkah di alam manusia dan surga.
Dharmaraja Liansheng mengungkapkan, dalam Sutra Mahavairocana Abhisambodhi disebutkan bahwa, jika Anda berjodoh untuk mengabdi kepada Mulacarya yang telah mencapai keberhasilan, maka kelak meninggal dunia dapat memperoleh adhisthana Mulacarya, dapat langsung terlahir di alam suci Buddhaksetra, ini berkat kondisi yang menunjang, juga berkat adhisthana transformasi gaib. Abdi dengan kondisi menunjang, berjumpa dengan Mulacarya dengan kondisi menunjang, baru bisa menghasilkan daya seperti ini. Mengenai Arya Ananda, meskipun Beliau lama menjadi abdi melayani Buddha, tapi tidak langsung mencapai keberhasilan, masih perlu berupaya sendiri untuk berbhavana, baru bisa berhasil, ini juga nidana.
Oleh karena itu, “Cukup menyibukkan diri dalam urusan Dharmabakti, tidak perlu mempelajari pustaka suci dan bersadhana, tetap bisa mencapai keberhasilan.” Kalimat ini keliru. Jika dalam banyak kehidupan lampau, Anda sudah berbhavana, dalam kehidupan sekarang memperoleh adhisthana Mahaguru, langsung mencapai keberhasilan, ini disebut memiliki kondisi yang menunjang. Seperti banyak Padmakumara yang dikenali oleh Mahaguru, semua itu bisa mencapai keberhasilan. Oleh karena itu, asalkan memiliki kondisi menunjang, baru bisa memperoleh adhisthana transformasi gaib. Namun mereka yang memiliki kondisi menunjang, dalam banyak kehidupan lampau juga telah berbhavana. Sepenuh hati mengabdi, bersumbangsih bagi sekte, tapi juga perlu kondisi yang menunjang, juga perlu mempelajari Sutra dan pustaka Dharma. Jika Anda tidak memiliki kondisi menunjang, maka Anda harus lebih tekun berbhavana dengan baik. Sekalipun Anda adalah titisan Padmakumara, begitu Mahaguru mengadhisthana, Anda langsung berhasil, tapi tetap harus perhatikan, mesti punya kondisi yang menunjang.
Siswa dari Amerika Serikat bertanya: Dalam buku nomor 252 “Rahasia Samadhi” – “Hirup dan Embus yang Diajarkan oleh Biksu Liaoming”, ada hal yang ingin saya tanyakan kepada Mahaguru Lu: 1. Apakah mengembuskan prana boleh menggunakan hidung? 2. Apakah menyebarkan prana dan mengembus prana dilakukan bersamaan? 3. Apa itu prana hidup dan prana mati? Bagaimana seorang pemula berlatih prana?
Dharmaraja Liansheng menjawab:
Dalam metode bhavana Tao, yang pertama adalah hirup prana, kedua adalah mereguk, ketiga adalah mengukuhkan, keempat adalah transformasi. Dalam Tantra, pelatihan prana, nadi, dan bindu, semua menggunakan metode embus dan tarik prana. Embus prana bisa menggunakan keduanya, hirup dan embus boleh menggunakan hidung. Hirup prana gunakan hidung, embus prana gunakan mulut, ini juga boleh. Sebar prana dan embus prana bisa dilakukan pada saat yang sama, tapi kadang dalam Tantra ada tahapannya, contohnya adalah Pernapasan Botol, terlebih dahulu sebarkan prana, menyebarkan prana ke sekujur tubuh, kemudian gunakan lesat napas lesatkan sampai ke puncak kepala. Jika sudah membuka puncak kepala, maka lesat ke arah puncak kepala hanya boleh dilakukan sebulan sekali saja. Ketika sudah tidak bisa menahan napas, terlebih dahulu gunakan pikiran untuk menyebarkan prana sampai ke sepuluh jemari tangan dan kaki, kemudian disebar ke sekujur tubuh, terakhir baru embuskan prana.
“Menurut Guru Padmasambhava, ‘semua pahala berasal dari Pernapasan Botol’, oleh karena itu, Pernapasan Botol sangat penting. Kenapa ada pahala? Sebab Pernapasan Botol untuk menghimpun prana dan menembus nadi tengah, di sini titik beratnya. Ketika mengembuskan prana, jangan diembus sampai habis, sisakan sedikit prana dalam ratnakalasa, ini adalah titik berat dan kiat utamanya.”
Dharmaraja Liansheng membabarkan, prana hidup bersifat hidup, bisa ikut pikiran merata ke sekujur tubuh. Prana mati adalah prana yang terhalang. Vajramusti digunakan untuk membuka jalan nadi sekujur tubuh, setelah nadi tembus, prana menjadi prana hidup, sedangkan prana yang terhalang disebut prana mati. Prana bisa mencapai jari, mata, telinga, leluasa sesuai kehendak. Dharmaraja juga menyebutkan, ada laporan yang menyebutkan bahwa tertular virus Covid-19 bisa memengaruhi cakra svadhisthana. Orang yang berlatih prana, bisa mengerahkan prana mengisi cakra svadhisthana, meskipun mencapai 70 atau 80 tahun, masih sangat berfungsi, masih merupakan naga hidup. Jika bisa membuat prana mengalir tembus setiap cakra, berarti prana itu adalah prana hidup, jika tidak, berarti itu adalah prana mati.
“Bagi pemula, terlebih dahulu belajar Sembilan Langkah Pernapasan Buddha, kemudian menekuni Vajrajapa, terakhir menekuni Pernapasan Botol menembus nadi tengah. Pikiran mengikuti sirkulasi prana, melatih konsentrasi. Ketika pikiran sudah bisa mengendalikan prana, ke mana arah pikiran, maka prana akan ikut. Jika tidak bisa berkonsentrasi, maka latihan prana juga akan sia-sia. Oleh karena itu, di mana nadi tersumbat, Anda bisa mengerahkan prana ke sana untuk menembusnya. Bagaimana jika tidak bisa tembus? Metode Vajramusti untuk menembus nadi, senam Taichi juga untuk menembus nadi, segala aktivitas mengandalkan prana. Orang Jepang menyebut: “Genki!” (energik). Jika tidak ada prana, berarti sudah mati. Sesuai dengan tahapan, Sembilan Langkah Pernapasan Buddha, Vajrajapa, Pernapasan Botol, kemudian menembus nadi sekujur tubuh, pada akhirnya menggunakan prana untuk mendorong prana jiwa keluar melalui lubang di puncak kepala, langsung mencapai alam suci Buddhaksetra.
Usainya Dharmadesana, menyempurnakan serangkaian Upacara Homa Dewi Mahasri. Setelah bernamaskara kepada mandala, Dharmaraja Liansheng melambaikan tangan sebagai berkah bagi segenap siswa yang berpartisipasi secara daring, semua bersukacita penuh rasa syukur. Dharmaraja Liansheng menganugerahkan Abhiseka Sadhana Dewi Mahasri kepada segenap siswa di lokasi, upacara pun manggala dan sempurna.
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
TBSNTV bahasa Mandarin:
https://www.youtube.com/c/真佛宗網路電視台tbsnTV
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#DewiMahasri
#SutraVimalakirti
Artikel Dharmadesana lengkap (Bahasa Mandarin) bisa disimak melalui tautan berikut:
https://ch.tbsn.org/news/detail/1591/2022%E5%B9%B45%E6%9C%8815%E6%97%A5%E5%BD%A9%E8%99%B9%E9%9B%B7%E8%97%8F%E5%AF%BA%E5%8D%97%E6%91%A9%E5%A4%A7%E5%90%89%E7%A5%A5%E5%A4%A9%E5%A5%B3%E8%AD%B7%E6%91%A9%E6%B3%95%E6%9C%83.html