Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sering mendengar: "Yang penting hati saya baik, saya tidak perlu belajar Buddhadharma."
Kedengaranya ucapan ini benar adanya, sesungguhnya, benarkah hati Anda baik? Ini masih menjadi tanda tanya. Sekalipun hati Anda baik, Anda hanya sedang memupuk berkah, kelak akan menjadi seekor gajah yang berhiaskan banyak untaian permata, dalam hal makan dan tempat tinggal memang tidak ada masalah, akan tetapi Anda adalah seekor gajah yang bodoh.
Tiap kali melakukan homa, saya selalu melakukan pelimpahan jasa, kita semua mesti melakukan pelimpahan jasa. Saat melimpahkan jasa, selain memadamkan karmavarana dan petaka, juga memohon kesempurnaan vasikarana. Menaklukkan semua rintangan, serta segala macam rintangan umat manusia.
Tingkatan yang tertinggi tiada pikiran sama sekali. Dalam Satyabuddha Sutra ada tertulis, "Amanasikara sebagai Buddharatna sejati.”, amanasikara berarti menghentikan semua pikiran. Ini sangat sukar bagi orang awam. Akan tetapi seorang sadhaka mesti bisa memasuki kondisi amanasikara.
Saat kondisi amanasikara muncul, Buddha dan shunyata bisa direalisasikan. Demikian pula dengan berbagai abhijna, semua bisa Anda realisasikan dalam kondisi Mahashunya.
Dalam pelatihan pikiran (citta), berarti mengerahkan upaya untuk mencapai kondisi yang paling mendalam, sebab pikiran tidak berwujud. Tubuh kita umat manusia adalah berwujud, mulut ini juga berwujud. Satu-satunya yang tidak berwujud adalah pikiran. Sehingga dalam pertapaan, Anda mesti lakukan latihan “Citta-guhya” (Rahasia pikiran) yang merupakan pembinaan diri yang sangat tinggi dan mendalam.
Bhavana yang tertinggi dalam pertapaan adalah pelatihan ‘samatha’. Samatha dan vipasyana, keduanya bisa dimanfaatkan. Apabila Anda benar-benar dapat merealisasikan samatha, maka tidak akan ada vipasyana.
Saya perlu membahas sedikit mengenai “Penyakit masuk melalui mulut.”, perihal prana. Dalam Tantra disebutkan, apabila bhavana Anda sangat baik, tidak peduli sadhaka pria maupun wanita, mulut pasti memancarkan keharuman, saat berbicara, hawa yang keluar melalui mulut berbau wangi.
Ini merupakan penyakit orang zaman sekarang, kadang saat Mahaguru memberikan layanan konsultasi, begitu ia masuk, dan mendekat, kemudian saya hendak mengabhisekanya, saya pun mencium bau, bau yang sangat saya takuti. Air dari kalasa abhiseka bergolak dan hampir tumpah ke lantai. Tangan saya menjadi tidak bertenaga. Saya pun memberikan konsultasi dengan terburu-buru. Sebab saat mengabhisekanya, tercium bau yang sangat tidak enak.
Oleh karena itu, yang terutama bagi setiap sadhaka adalah mulut mesti menghembuskan hawa wangi, dan hawa ini merupakan hasil bhavana Anda sendiri. Jika hawa yang Anda hembuskan adalah kotor dan berbau tidak enak, maka Anda mesti periksa upaya bhavana Anda, ini berhubungan dengan fisiologi Anda, juga berhubungan dengan bhavana Anda. Sebab segala sesuatu mencakupi faktor jiwa dan raga, keduanya bersamaan.