Dalam Hati Buddha tiada istilah benci. Apabila dalam Hati Buddha masih ada kebencian, berarti ia adalah orang awam, bukan Buddha. Tiada benci, tiada musuh, tiada dendam, inilah Hati Buddha dan Bodhisattva.
Oleh karena itu, dalam menyeberangkan para insan, sama seperti apa yang dituturkan oleh Konfusius: “Mengajar tanpa diskriminasi.”, tidak mendiskriminasi. Tidak ada siapa pun yang diabaikan. Tidak ada istilah mencampakkan seseorang dan tidak ada istilah tidak perlu diseberangkan. Siapa pun mesti diseberangkan. Menggunakan berbagai macam cara, tidak peduli berjodoh atau tidak, semua mesti diseberangkan.
Oleh karena itu, makna dari alamiah dalam bhavana benar-benar sangat mendalam. Alamiah bukanlah ‘hippie’, dan bukannya tidak melakukan apa-apa, dan bukan menuruti hawa nafsu. Melainkan, berkat ketaatan pada vinaya, Anda bisa menghasilkan terang, leluasa, dan kedamaian hati, inilah alamiah yang sejati.
Apakah hati Anda damai? Apabila bisa, maka upaya belajar Dharma Anda telah berhasil. Elemen tanah, air, api, dan angin dalam tubuh dapat diseimbangkan mencapai kondisi alamiah dan bersinar, inilah Tantra.
Kencangkan sedikit, karena Anda terlampau kendur. Bagaimana jika terlampau kencang? Kendurkan sedikit. Antara kendur dan kencang mesti diatur, ketika Anda mengatur senar gitar, jika suaranya terlalu cempreng, kendurkan sedikit. Terlalu kendur, “Peng, peng, peng…”, terlalu kencang “Dong”, suaranya mesti disetel dengan pas. Mengaturnya sampai pas, inilah kiat dari meditasi, cukup hasilkan kondisi alamiah.