Inti dari kendur dan kencang, pada akhirnya akan menjadi sebuah kondisi alamiah, ini sangat penting. Tiap kali Guru Lu menekuni samadhi, ketika memasuki samadhi, kadang belum tentu memedulikan perihal kendur dan kencang. Sebab, apabila dalam keseharian Anda telah terbiasa memadukan kendur dan kencang, maka dengan sendirinya akan muncul sebuah kondisi. Kondisi alamiah semacam ini dapat membuat Anda beradaptasi dengan sangat baik untuk memasuki kondisi samadhi. Kendur dan kencang berpadu, ini mesti sering dilatih.
Sadhaka mesti lakukan empat hal ini, paling tidak, senantiasa mengingat empat hal ini, setiap hari mesti Anda lakukan. Apa yang mesti dilakukan oleh seorang sadhaka, atau seorang bhiksu dan bhiksuni? Keempat hal ini mesti dilakukan.
Hal eksternal adalah pengabdian, persembahan, namaskara, dan pertobatan, selain itu masih ada sisi internal, secara internal Anda mesti memperoleh Prajna.
Saya pribadi berpendapat, terhadap Guru sendiri, kita mesti memandangnya sama seperti Buddha. Penghormatan kepada Guru timbul dari lubuk hati Anda sendiri, dengan demikian barulah Anda akan menghargai ajaran yang ditransmisikan oleh Guru.
Dalam ‘Sutra Abhiseka Vajrapani’ disebutkan, “Bagaimana seharusnya para siswa Vajrayana memandang Sang Guru? Vajrapani menjawab, memandangnya laksana Buddha Bhagavan.” Bhagavan adalah Buddha, mesti dipandang sebagai Buddha.
Je Tsongkhapa mengulas 4 macam ‘Sikap batin pengabdian kepada Guru’, yang pertama adalah sikap batin anak berbakti, kemudian adalah sikap batin bumi, sikap batin seorang abdi, dan sikap batin seperti sebuah perahu.