Oleh karena itu sesungguhnya surga dan neraka diciptakan oleh diri sendiri, semuanya adalah sebab dan akibat, dikarenakan Anda menciptakan sebab dari surga, maka Anda dapat masuk surga, ini bukan ancaman. Dikarenakan membuat sebab neraka, maka Anda masuk neraka. Dalam Ksitigarbha Bodhisattva Purvapranidhana Sutra telah diungkapkan dengan jelas. Bagaikan air samudra yang semula tenang tanpa gelombang, mengapa bisa bergelombang? Dikarenakan adanya angin, apa itu angin? Angin adalah kondisi, begitu daya kondisi meniupnya maka terjadilah gelombang. Saat tidak ada angin, air danau sangatlah tenang. Inilah yang harus kita perhatikan sebagai seorang sadhaka yang menekuni bhavana, pada mulanya batin kita tenang tak bergelombang, dikarenakan ada orang yang melempar sebongkah batu, maka muncullah riak.


Hari ini kita bersama mengulas sebab-akibat (hetu-phala), mengkaji dua kata ini: sebab dan akibat. Dalam Buddhisme ada sangat banyak diskusi mengenai sebab-akibat kita semua tahu dalam kitab Buddha ada tertulis: ‘Dari sebab menjadi akibat.’, yaitu dikarenakan adanya sebab, maka memperoleh akibat. Demikian pula semua akibat akan menjadi sebab, setelah memperoleh akibat, maka akibat tersebut juga akan menjadi sebab, ini sebuah siklus, sebab menjadi akibat, akibat menjadi sebab. Buddhisme sangat banyak pembahasan mengenai sebab-akibat, di antaranya adalah berbagai nidana dari kehidupan lampau Sakyamuni Buddha. Dulu di India ada sebuah kitab yang disebut purana, kitab ini membahas banyak sekali hal-hal mengenai masa lampau. Sang Buddha sendiri juga mempunyai Jataka-sutra yang menuturkan masa lampau, yaitu berbagai sebab karma masa lampau yang menghasilkan akibat dalam kehidupan saat ini. Sakyamuni Buddha telah sangat banyak membahas perihal sebab-akibat, Sang Buddha menghadapi banyak peristiwa, Ia perlu mengungkapkan sebabnya, saat Beliau menghadapi suatu peristiwa, Ia akan menuturkan beberapa sebab di kehidupan lampau yang menyebabkan pada kehidupan kali ini mengalami akibat tersebut, inilah mengapa dalam Jataka-sutra dituturkan banyak hubungan sebab dan akibat, beberapa tokoh di kehidupan lampau menjadi beberapa tokoh di kehidupan saat ini.


Kita kembali mengulas Dharma-hrdaya (Esensi Dharma), terlebih dahulu saya ceritakan sebuah kutipan kecil dari sekte Dhyana, pada suatu hari Bhiksu Zen Shitou berjumpa dengan Bhiksu Zen Tianhuang, Shitou bertanya kepada Tianhuang: “Berapa banyak yang Anda pahami mengenai sunya?”, Tianhuang mengatakan: “Saya telah memiliki banyak pemahaman tentang sunya.”, Shitou bertanya: “Demikian banyak pemahaman, pemahaman yang bagaimana?”, Tianhuang menjawab: “Catur mahabhuta: tanah, air, api dan angin hanyalah kombinasi tanpa realitas; Panca-skandha: rupa, vedana (perasaan), samjna (pencerapan), samskara (bentuk-bentuk mental) dan vijnana (kesadaran) adalah sunya. Catur-mahabhuta adalah kombinasi tanpa realitas dan panca-skandha adalah sunya.”, Shitou pun bertanya kepadanya: “Catur-mahabhuta merupakan kombinasi tanpa realitas, panca-skandha adalah sunya, jadi Dharma apa yang hendak Anda transmisikan kepada generasi penerus?”, Bhiksu Zen Tianhuang tidak mempunyai jawaban mengenai apa yang dapat ditransmisikan kepada generasi penerus, sungguh mengherankan, coba Anda renungkan, catur-mahabhuta merupakan kombinasi tanpa realitas, panca-skandha adalah sunya, semuanya sunya, jadi apa yang dapat ditransmisikan kepada generasi penerus? Maka Bhiksu Zen Shitou mengatakan kepada Bhiksu Zen Tianhuang: “Coba Anda renungkan, siapa itu generasi penerus?”, begitu Bhiksu Zen Tianhuang mendengarnya, ia langsung Tercerahkan, ia langsung paham.


Hari ini kita mengulas ‘Dharma-hrdaya’ (Esensi Dharma), Mahasiddhi Sinar Pelangi telah diulas demikian banyak, ada yang bertanya: “Apakah Dharma-hrdaya dari ‘Mahasiddhi Sinar Pelangi’ telah Anda transmisikan?”, sebenarnya demikian, saya bukan hendak menyatakan sudah atau belum ditransmisikan, melainkan apakah orang-orang yang mendengarkan Dharma ini telah memperolehnya. Saat Sakyamuni Buddha membabarkan Dharma, sejak semula Ia telah mengungkapkan Dharma-hrdaya, sejak semula Ia telah mentransmisikan Dharma-hrdaya, namun yang mendengar belum tentu memahaminya, belum tentu dapat Tercerahkan, belum tentu menyadarinya, ada siswa yang pergi kemudian mengatakan: “Saya berada di sana bertahun-tahun lamanya, tapi Mahaguru tidak pernah mentransmisikan apapun kepada saya.”, apakah Anda telah Mencerahinya? Apakah Anda telah memperolehnya? ‘Mahasiddhi Sinar Pelangi’ telah dibabarkan demikian lamanya, sesungguhnya apa yang Anda Cerahi? Apa yang Anda peroleh?


Rintangan hidup dan mati menjadi sukar diatasi jika Anda tidak memahami kondisi setelah kematian dan tidak tahu bagaimana menapaki jalan setelah kematian, sehingga timbul rasa takut. Untuk mengatasi rintangan hidup dan mati, sadhaka dapat mengandalkan kekuatan samadhi hasil dari bhavana sehari-hari, ada satu fenomena tanda bhavana Anda telah menghasilkan kekuatan samadhi, fenomena itu disebut ‘timbul abhijna’ (kekuatan batin), ini bermanfaat bagi kematian Anda kelak, sebab dimungkinkan Anda akan menyaksikan Buddha-ksetra saat berada dalam samadhi, dalam samadhi Anda telah merealisasi abhijna kaki dewata mencapai alam tersebut, dengan demikian Anda memiliki kepastian bahwa kelak saat meninggal dunia dapat menuju ke alam tersebut, apabila Anda telah merealisasikan abhijna kaki dewata, maka kesadaran Anda dengan sangat jelas mampu menuju ke alam yang lebih baik, saat itu Anda akan memahami sifat kehidupan dan kematian. Secara sederhana, Anda telah mengetahui jalan yang harus ditempuh saat Anda meninggal dunia kelak, Anda telah memiliki arah dan tujuan, dengan demikian akan lebih mudah untuk mengatasi rintangan hidup dan mati. Apabila Anda tidak mengetahui harus bagaimana dan hendak ke mana saat meninggal dunia kelak, maka rintangan hidup dan mati akan sangat sukar untuk diatasi.


「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。