Dalam Zhenfo Zong, saat memberikan Abhiseka Acarya maupun Abhiseka Dharmacarya, akan berpesan kepada Anda untuk menekuni bhavana hingga terbebas dari rintangan hidup dan mati. Hidup dan mati merupakan sebuah persoalan besar dalam kehidupan manusia, merupakan akhir paling utama dalam kehidupan ini, rintangan ini disebut sebagai rintangan hidup dan mati. Menurut pandangan kita para sadhaka, meskipun hidup dan mati merupakan persoalan besar dan akhir utama bagi manusia, namun juga merupakan suatu hal yang sangat alamiah, kita memandang hidup dan mati sebagai hal yang sangat lumrah, demikian pula kita juga memandang kematian sebagai hal yang biasa, oleh karena itu tidak gentar terhadap hidup dan mati.
Saya ceritakan sebuah kisah mengenai memahami sifat asmara, kita tahu bahwa Zhuangzi merupakan seorang Taoist yang berilmu, saat dia berjalan melewati kuburan, ia melihat seorang wanita muda yang berperilaku aneh, wanita itu sedang mengipasi tanah sebuah kuburan, merasa heran ia pun menanyainya: “Mengapa Anda mengipasi tanah itu?” Wanita itu menjawab: “Sesaat sebelum suami saya meninggal dia memberitahu saya, apabila tanah kuburan telah kering, maka saya boleh menikah lagi. Oleh karena itulah setiap hari saya mengipasi tanah kuburan yang basah ini, supaya dia cepat kering.” Zhuangzi menghela napas, karena dia berilmu, maka dia mengerahkan kesaktian supaya tanah itu segera kering, begitu tanah kuburan kering, wanita itu langsung gembira, saking gembiranya dia menghadiahkan kipas itu kepada Zhuangzi, dia mengatakan: “Terima kasih Anda telah mengerahkan kesaktian untuk mengeringkan tanah kuburan ini.” Dia langsung pergi untuk menikah lagi.
Mari kita mengulas perihal ‘Menghancurkan Tiga Rintangan’, rintangan yang kedua, yaitu ‘rintangan asmara’.
Dalam menekuni bhavana, rintangan pertama yang harus dihancurkan oleh seorang sadhaka adalah rintangan popularitas dan kekayaan, rintangan yang kedua adalah rintangan asmara. Pada umumnya dikatakan bahwa rintangan asmara sangat sukar dihancurkan.
Hari ini kita mengulas mara.
Tantrayana sangat memperhatikan rintangan mara, apa itu mara?
Kita tahu dalam Buddhisme ada empat jenis mara, yaitu: mara klesa (kerisauan batin), mara kematian, mara skandha (lima kelompok pembentuk kehidupan) dan dewa mara.
Beberapa mara dihasilkan oleh batin diri sendiri. Seperti mara skandha dan mara klesa, semuanya dihasilkan oleh diri sendiri, oleh karena itu kita harus menaklukkan lobha, dvesa dan moha diri sendiri. Ada juga mara eksternal, seperti mara kematian dan dewa mara.
Tantrayana menggunakan penjapaan mantra, visualisasi dan mudra sebagai materi bhavana. Penjapaan mantra disebut juga ‘vidyadhara’, yaitu menjapa terang kebijaksanaan, semakin menjapanya maka semakin terang. Mengapa disebut sebagai mantra? Kita tahu bahwa mantra disebut bahasa guhya, yaitu bahasa yang sangat mistik, suara guhya yang dihasilkan melalui penekunan bhavana yang sangat lama oleh Buddha Bodhisattva, oleh karena itulah disebut sebagai bahasa guhya.