Kita melanjutkan pengulasan ‘Hati yang wajar’, ini memang sukar dijabarkan, namun apabila berusaha dengan sebaik-baiknya untuk memahaminya, maka Anda akan tahu bahwa dalam kewajaran, kita dapat memahami Bodhimarga yang sesungguhnya.
Hari ini kita mengulas ‘Hati yang wajar’. Kita sering mendengar kalimat: “Hati Buddha adalah hati yang wajar.”dan “Hati yang wajar adalah Bodhimarga.” (Jalan Pengetahuan Agung), ‘Hati yang wajar’ ini sangat sukar diungkapkan dan tidak mudah untuk dipahami.
Kita mengulas perihal bersarana kepada Acarya. Sebelumnya kita telah mengulas tiga makna bersarana, yang pertama adalah berlindung sepenuhnya atau sebuah sarana yang penuh dan sempurna, sehingga dapat memperoleh kekuatan adhistana dari Guru.
Kita mengulas perihal bersarana kepada Acarya. Agama Buddha yang kita tekuni, dibagi menjadi Sutrayana, dan Tantrayana.
Pada umumnya dalam Sutrayana hanya mengajarkan Trisarana, yaitu bersarana kepada Buddha, Dharma dan Sangha. Sedangkan dalam Tantrayana ditambahkan satu lagi, yaitu ‘Namo Gulubei’ yang artinya bersarana kepada Vajracarya. Tantrayana mengajarkan Catursarana, sarana pada Vajracarya berada pada urutan pertama, sebab Acarya yang mentransmisikan Buddha, Dharma dan Sangha kepada kita, Vajracarya mencakupi semua Buddha, Dharma dan Sangha. Di sinilah letak perbedaan antara sarana Sutrayana dengan Tantrayana, yaitu pada penghormatan istimewa kepada Vajracarya, di dalamnya terkandung makna.
Kita mengulas tingkatan Acarya, sebelumnya kita telah mengulas empat tingkatan Acarya, yaitu Acarya, Mahacarya, Mahavajracarya dan Mahavidyadharavajracarya.